Dana Hibah Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Tidak Kunjung Cair

Dana Hibah Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Tidak Kunjung Cair

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 01 Oktober 2021

WKUTM – Pada 13 Januari 2021 yang lalu, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengeluarkan berita acara terkait penetapan penerima hibah riset dan pengabdian kepada masyarakat tahun 2021. Dalam berita tersebut, menyatakan bahwa 36 proposal berhasil lolos pendanaan. Namun, terhitung sejak pengumuman kelolosan Januari lalu hingga saat ini belum diinformasikan lebih lanjut terkait pencairan dana hibah tersebut.

Supriyanto, selaku Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI), mengungkapkan telah menyiapkan dana sebesar Rp162 juta. Dana tersebut terbagi menjadi dua yang masing-masing kelompok mendapat Rp5 juta untuk hibah riset, sedangkan pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp4 juta.

”Dana hibah itu sudah kita siapkan, untuk hibah penelitian itu Rp5  juta, kalau hibah untuk pengabdian kepada masyarakat itu empat juta per kelompok. Kita siapkan dana itu kira-kira Rp162 juta,” ungkapnya (30/09).

Namun informasi sebaliknya disampaikan Agung Ali Fahmi, selaku Wakil Rektor (Warek) III, yang menerangkan bahwa alasan dana hibah tak kunjung diserahkan karena Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) masih diproses.

”Terkait dengan dana intinya sedang diproses di DIPA,” ujar Agung saat ditemui di Koperasi Mahasiswa (23/09).

Sedangkan Andrie Kisroh Sunyigono, selaku Ketua Pelaksana program hibah mengungkapkan telah melakukan koordinasi dengan Warek III dan dibuktikan dengan tangkapan layar mahasiswa saat mengonfirmasi kepastian perkembangannya kepada Warek III pada tanggal 12 dan 14 September.

”Beliau akan memberikan arahan hari Senin (13/09). Info dari Warek sudah diproses di BAAKPSI,” ujar Andrie. Akan tetapi arahan ini rupanya diberikan pada Selasa lalu yang berisi klarifikasi bahwa kegiatan ini tetap berjalan dan dana maksimal yang diberikan kisaran empat sampai lima juta.

Adapun dari pihak dosen, Choirul Umam, selaku dosen Agroklimatologi, mengkhawatirkan bahwa program yang ditandatangani oleh Warek III, akan berhenti lantaran prosedur yang dijalankan membutuhkan waktu lama.

”Jika memang kegiatan ini untuk meningkatkan softskill atau hardskill mahasiswa, tentu harus didukung. Yang dikhawatirkan saat ini adalah, bagaimana jika kegiatan akhirnya tidak berlanjut, sedangkan pengumuman penerima hibah sudah diumumkan oleh universitas,” ungkapnya.

Ihwal dana hibah yang tak kunjung cair juga menimbulkan keluhan dari pihak penerima hibah riset dan pengabdian kepada masyarakat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Moh. Syamsul Arifin, selaku mahasiswa Program Studi (Prodi) Agroteknologi, menjelaskan bahwa masih belum melanjutkan penelitian kultur jaringan. Hal ini karena timnya memerlukan dana besar untuk melakukan kegiatan penelitian.

”Belum dilanjutkan karena butuh dana yang lebih besar dan perlu dana banyak karena kalau kultur jaringan itu mahal dari segi bahan-bahan kimianya,” ungkap Syamsul via WhatsApp.

Syamsul juga menambahkan bahwa dana maksimal yang ditetapkan oleh pihak universitas sebesar Rp7 juta. Namun, terkait kebutuhan penelitian yang dia lakukan dapat menghabiskan dana lebih dari Rp10 juta. Banyaknya dana tersebut disesuaikan dengan kebutuhan uji coba dan perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk dilakukannya uji coba pada kultur jaringan tanaman padi.

”Untuk penelitian yang dianggarkan ialah sebesar Rp7  juta,” imbuhnya.

Menindaklanjuti hal tersebut, Syamsul sempat menghubungi Ketua Pelaksana hibah riset, untuk mewakili teman-temannya guna memastikan keberlanjutan kegiatan penelitian hibah riset ini.

”Hari Selasa beliau baru memberikan informasi kalau dari Wakil Rektor (Warek) III (dana hibah) sudah diproses di BAAKPSI,” ujarnya.

Seperti yang dialami oleh Syamsul, Dinda Mahar Putri, selaku mahasiswa penerima hibah riset dari Prodi Agroteknologi, menjelaskan bahwa tim hibah risetnya menggunakan iuran pribadi, sekitar Rp2 juta, untuk membeli bahan dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Komposisi dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair terhadap Keragaman Tanaman Melon.

”Saat pengerjaan kemarin satu tim menghabiskan dana kurang lebih Rp2 juta, yang rinciannya untuk membeli bahan pestisida, olah lahan, benih jagung, benih melon, bahan Pupuk Organik Cair (POC), dan lain sebagainya,”  jelasnya.

Namun, penelitian tersebut terhenti karena belum ada kejelasan program hibah riset tersebut. Dinda juga menambahkan bahwa informasi yang didapat sangat minim sehingga hal itu menjadi alasan kuat mengapa penelitian dihentikan sementara.

”Tetapi selanjutnya tidak kami lanjutkan kembali, karena tidak ada informasi lagi terkait hibah riset. Belum ada kepastian dari pihak kampus saat itu,” ujar Dinda.

Senada dengan Dinda, Ach. Hasin Syauqi, mahasiswa Prodi Agroteknologi mengatakan bahwa timnya juga melakukan penelitian khususnya penanaman selama kurun waktu dua bulan lebih dengan mengandalkan dana pribadi yang besarannya sama dengan dana yang digelontorkan tim Dinda.

”Sudah melaksanakan sampai menanam kira-kira dua bulan lebih, kalau menggunakan dana pribadi pasti kak, Rp2 juta,” pungkasnya. (Ret/Dji)