Calon Wisudawan Tuntut Wisuda Digelar Secara Tatap Muka

Calon Wisudawan Tuntut Wisuda Digelar Secara Tatap Muka

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 02 Oktober 2020

WKUTM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) gelar audiensi kedua perihal tindak lanjut pelaksanaan wisuda (01/10). Audiensi ini dilaksanakan karena hasil pada audiensi pertama yang dilaksanakan pada 29 Juli lalu belum ada hasil pasti.


Audiensi kedua ini dihadiri oleh Deni Setya Bagus Yuherawan, Wakil Rektor (Warek) I bidang Akademik, Supriyanto, selaku Kepala Biro Akademik Administrasi Kemahasiswaan dan Perencanaan Sistem Informasi (BAAKPSI), R. Sri Kentjanawati, selaku  Kepala Subbagian  (Kasubbag) Keuangan BAAKPSI,  Khairul Amin, selaku Presiden Mahasiswa (Presma) UTM, dan kurang lebih 150 orang calon wisudawan via Google Meet.


Deni Setya Bagus Yuherawan, menjelaskan jika prosesi wisuda dilaksanakan secara Dalam jaringan (Daring) maka akan bisa segera dipersiapkan. Namun, jika dilaksanakan secara tatap muka ia mengaku banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih prosesi wisuda tersebut. Deni menambahi jika yang disepakati secara tatap muka, maka gedung pertemuan sebagai tempat prosesi wisuda, akan dibatasi jumlah pengunjungnya dan setiap pihak yang mengikuti acara tersebut harus mematuhi protokol kesehatan.


”Jika daring akan langsung dipersiapkan, kalau tatap muka maka banyak yang harus dipikirkan.  Memperhatikan  keamanan dan mematuhi protokol kesehatan. Selain itu harus ada pembatasan jumlah calon wisudawan yang hadir, karena ada sekitar 2000 orang, itu tidak bisa serentak,” paparnya.


 Deni juga memberikan pilihan lain selain tatap muka ataupun daring, yakni prosesi bisa digelar secara hybrid atau pelaksanaan tatap muka dan daring sekaligus. Yakni secara tatap muka, hanya bisa dihadiri oleh wisudawan terbaik dan digelar bertahap, dari lulusan Maret hingga September 2020, untuk mempersingkat waktu. Pihaknya memastikan aspirasi yang muncul dalam audiensi kedua ini akan diteruskan langsung ke Muh. Syarif, selaku Rektor UTM. 


Terkait perlengkapan wisuda, Supriyanto, mengaku jika  pakaian wisudawan periode Maret telah siap, hanya menunggu untuk pendistribusian. Ia menjelaskan jika perlengkapan tersebut didistribusikan seluruhnya akan membuat dana wisuda semakin membengkak. 


”Toga wisudawan maret sudah siap di ruang BAAK, cuma pendistribusiannya kalau dikirim semua, nanti dana membengkak,” ujarnya.



R. Sri Kentjanawati, atau yang akrab dipanggil bu Wati, menambahkan terkait hal yang dapat menambah besar dana wisuda. Jika acara wisuda tatap muka dilaksanakan secara bertahap, akan membuat dana wisuda membengkak. Wati menekankan kepada Deni untuk hal ini turut dipikirkan. 


”Jika dilaksanakan secara bertahap atau gelombang, turut dipikirkan juga anggaran yang nanti bisa membengkak. Karena kita akan membiayai tenaga bantu seperti konsumsi panitia, penyewaan, satuan pengamanan, Cleaning Service, dan lain-lain,” ungkapnya.


Terkait tindak lanjut audiensi, Khairul Amin menyimpulkan aspirasi yang disampaikan di audiensi, nantinya akan didiskusikan bersama Muh. Syarif, Rektor UTM beserta jajarannya, dan perwakilan calon wisudawan/ti (05/10). Amin menambahkan jika diskusi itu demi mentransparasikan perencanaan wisuda, dan mengurangi ketegangan antara Rektorium UTM dan calon wisudawan.


”Aspirasi-aspirasi hari ini akan ditampung, nantinya didiskusikan antara Rektor, beserta jajarannya, Presma, Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan beberapa calon Wisudawan dalam waktu dekat, agar tidak menaruh kecurigaan antara calon wisudawan dan jajaran Rektorium UTM,” tuturnya.


Banyak tanggapan dari calon wisudawan terkait  wisuda hybrid. Salah satunya, Dea Putri Sekar Sari, ia mengaku tidak menyetujui opsi Hybrid dan lebih menekankan kepastian dari prosesi wisuda. Dea berharap agar Rektor segera menerbitkan Surat Keputusan, demi informasi yang lebih jelas. 


”Untuk sistem hybrid tadi, saya tidak setuju. Karena, nanti akan ada kecemburuan antara wisudawan. Kami sama-sama bayar UKT, kenapa hanya sebagian yang luring. Itu juga bentuk diskriminasi wisudawan. Saya juga harap Rektor untuk segera menerbitkan Surat Keputusan agar kapan dan kepastian wisuda lainnya lebih jelas,” harapnya.


Selain itu, Feri Agusyudi, calon wisudawan Fakultas Pertanian, menegaskan bahwa mayoritas calon wisudawan menginginkan untuk digelar secara tatap muka. Feri berpendapat bahwa wisuda sebaiknya dilaksanakan per-fakultas, karena tidak menghabiskan banyak ruang dan menurutnya hal itu lebih efektif. Ia pun mengaku mendapat kabar dari Whatssapp Group (WAG) audiensi, jika sebelumnya Gedung Pertemuan pernah melaksanakan berbagai acara. 


”Jika ditanya apa prosesi yang akan dipilih, mayoritas wisudawan akan menjawab siap tatap muka. Saya setuju jika wisuda dilakukan per fakultas, karena wisudawan per fakultas tidak sampai 1000 orang,” tuturnya.


Feri berpendapat jika wisuda tatap muka dilaksanakan, maka harus menggunakan protokol kesehatan. Feri juga  meyakini jika calon wisudawan tidak akan melanggar hal tersebut.


 ”Alangkah kalo memang siap dan ada Surat Keputusannya dilakukan tatap muka, ayo lakukan wisuda ini dengan sebaik mungkin. Dengan memenuhi protokol kesehatan. Pasti temen-temen tidak akan melanggar protokol kesehatan kalau dilaksanakan tahun ini,” imbuhnya.


Risky Yulianto, calon wisudawan lain merasa tidak puas dengan hasil dari acara tersebut.  Risky menjelaskan jika audiensi pertama dan audiensi kedua tidak jauh berbeda secara hasil akhir. Risky yang merupakan lulusan periode Maret, telah lama menunggu keputusan Rektor terkait hal ini, namun hingga saat ini rektorium belum mengeluarkan keputusan.


”Nggak puas sama hasil audiensi kedua, sama seperti sebelumnya. Jika dilaksanakan tatap muka ada beberapa opsi dari temen-temen wisudawan yaitu, pembatasan jumlah keluarga yang hadir dan mencontoh yudisium fakultas keislaman kemarin. Saya beserta teman-teman dari lulusan  bulan Maret sudah capek nunggu keputusan Rektor, dan saya tidak berharap tidak ada audiensi lagi. Keputusan temen-temen tetap sama, ingin wisuda secara luring,” tegasnya.


Kekecewaan lain juga disampaikan Othor, calon wisudawan Fakultas Pertanian ini memaparkan jika dirinya telah mengusulkan audiensi kembali, setelah audiensi pertama (29/6), guna mencapai titik terang dari prosesi wisuda. Othor sebelumnya mengira jika audiensi kedua (01/10) adalah pemberian informasi, namun ternyata di luar harapannya. Othor pun mengkritik kinerja Presma untuk tegas dalam mengawal suara mahasiswa, dan ia menganggap presma hanya menunggu keputusan  Rektor.


”Kira-kira dua bulan yang lalu, saya telah usulkan pengadaan audiensi kembali tapi, tidak ada respon hingga akhir September. Ketika ada info ternyata malah audiensi kedua bukan pengumuman informasi wisuda. Saya kira Presma belum bisa tegas mengawal aspirasi teman-teman mahasiswa ke Rektorat. Presma hanya menunggu alur dari keputusan pihak Rektorat,” jelas Mahasiswa Agroteknologi tersebut. (Hil/Uya)