WKUTM - Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tengah membangun kerjasama dengan institusi dalam dan luar negeri sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat), khususnya pengembangan potensi Madura (Klaster Madura).
Rektor UTM, Muh. Syarif, menjelaskan bahwa kerja sama UTM dilakukan untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) baik dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan sesuai kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi agar memiliki daya saing nasional dan global. Kerja sama antar perguruan tinggi terutama dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri memberikan kredit poin untuk meningkatan akreditasi menuju akreditasi internasional. Selain itu juga membuka jejaring dengan dunia internasional untuk meningkatkan rekognisi UTM.
Dalam persiapan menuju kampus merdeka, UTM telah bekerja sama dengan perusahaan multinasional. Penelitian di UTM telah diarahkan kepada ke enam sektor klaster unggulan, termasuk di dalamnya penelitian kolaborasi internasional.
“UTM telah menginisiasi klasterisasi perguruan tinggi dengan fokus pada klaster unggulan enam sektor yaitu garam, pangan (jagung), energi, pendidikan, sosial (tenaga kerja wanita), dan pariwisata. Untuk menunjang enam sektor tersebut. Penelitian di UTM telah diarahkan serta dilakukan kolaborasi internasional,” ungkap Syarif.
Beberapa bentuk kerja sama, yakni UTM dengan Suzukatsu di bawah JICA Foundation Jepang dan juga Kahaniya.com di India. Keduanya telah menjalin kerja sama resmi dan ada Momerandum of Understanding (MoU). Suzukatsu bekerja sama dengan pusat inovasi garam UTM. Adapun Kahaniya.com bekerja sama dengan International Relation Office (IRO) UTM untuk pengembangan penulisan kreatif mahasiswa. Adapun kendala untuk menjalin kerjasama tersebut, Syarif, menjelaskan bahwa hambatannya ada beberapa faktor seperti soal perizinan dan persaingan dana dengan Perguruan Tinggi lain.
“Pertama, sebagai PTN berstatus satker, UTM tidak bisa melakukan kerja sama tanpa melalui izin kementerian, berbeda dengan perguruan tinggi berbadan hukum dan Badan Layanan Umum (BLU) yang lebih fleksibel dalam pengelolaan keuangan. Kedua, adanya persaingan dengan PTN yang lebih besar secara dana dan jaringan,” ungkapnya.
Persiapan pemenuhan syarat kampus merdeka lain yakni, UTM telah menjalin kerja sama dengan beberapa universitas luar negeri untuk terus memperluas jejaring internasional. Universitas tersebut terdiri dari beberapa negara seperti, Palacky University Olomouc (UPOL) Ceko, Belanda (Eropa), Malaysia, Vietnam, Walailak University Thailand (Asia Tenggara), India (Asia Selatan), dan West Australia – East Java Universities Consortium (WAEJUC) yaitu dengan 5 Universitas di Australia Barat.
Syarif juga menambahkan, UTM melalui International Relation Office telah menyiapkan perangkat pendukung lewat pengaktifan MoU dengan kegiatan – kegiatan internasionalisasi universitas. UTM juga telah berperan aktif melalui berbagai konsorsium kerjasama seperti WAEJUC (ditandatangani 10 PTN di Jatim, Gubernur Jatim, dan 5 universitas di Australia Barat), Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia dan Thailand (MRPTNI), ECO Tourism Branding (International Relation Office UTM, Politeknik Negeri Malang, STIKI Malang dengan Ceko, Kamboja, dan Malaysia). UTM juga mempersiapkan pusat unggulan garam dan jagung untuk dipersiapkan sebagai keunikan dan keunggulan yang memiliki daya tawar internasional.
“Kerja sama dengan universitas di luar negeri akan terus dilakukan dan dikembangkan untuk mewujudkan visi UTM agar memiliki daya saing global. Saat ini telah terjalin kontak secara aktif dengan Kedutaan Besar (Kedubes) negara sahabat seperti, Kedubes Republik Ceko, USA, dan juga KBRI misalnya dengan KBRI Ceko, USA, dan Vietnam untuk memperluas jejaring Internasional UTM.
Selain menambah jejaring melalui MoU, UTM juga akan mengaktifkan MoU agar memiliki kredit poin dalam bidang akademik, salah satu contohnya kini telah tersedia dana penelitian kolaborasi Internasional dari UTM. Dana penelitian ini sebagai upaya untuk lebih mengaktifkan kerjasama Luar Negeri dalam bidang penelitian," imbuhya.
Meskipun terdapat kendala soal dana, UTM masih berupaya bergabung konsorsium Perguruan Tinggi dalam membangun kerjasama internasional.
“Kendala utama adalah masalah pendanaan untuk kerjasama Luar Negeri, meskipun ini masalah klasik namun realitanya Perguruan Tinggi satker lebih kecil dalam urusan pendanaan, oleh sebab itu salah satu upaya UTM adalah bergabung dengan konsorsium perguruan tinggi,” imbuh Syarif.
Terkait kerja sama UTM tersebut, Wakil Rektor I bidang akademik, Deni Setya Bagus Yuherawan, tidak memberikan keterangan tambahan mengenai hal tersebut.
"Saya masih full acara," ujarnya saat dikonfirmasi melalui via Whatsapp. (Lin/Adj/Ham)