WKUTM – Pelaksanaan tahun pertama Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan calon guru di Universitas Trunojo Madura (UTM) yang diikuti oleh 119 mahasiswa penerima beasiswa sebesar Rp17 juta dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), akan rampung satu bulan mendatang (14/7). Adapun jelang penilaian akhir, terdapat sejumlah keluhan dan apresiasi yang disampaikan mahasiswa Program Studi (Prodi) baru UTM ini.
Badrud Tamam selaku Koordinator Prodi PPG UTM menjelaskan bahwa ini pelaksanaan perdana PPG Prajabatan calon guru di UTM setelah diresmikan. Badrud bercerita alasan di balik pembentukan prodi PPG adalah untuk mewadahi potensi pendidik yang ada di pulau Madura.
”Karena kebutuhan akan guru profesional itu sangat besar, terutama potensi pendidik di pulau Madura. Maka menjadi peluang untuk UTM memberikan fasilitas PPG bagi mahasiswa yang ada di sekitar UTM. Sehingga paling tidak yang ingin kuliah PPG di Madura tidak perlu jauh-jauh, sebab UTM menyediakan,” ujarnya di ruangan PPG UTM (3/6).
Selama program berlangsung, Badrud mengaku tidak mengalami kendala serius. Semua proses dapat dilewati dengan baik. Hanya saja ada beberapa keluhan terkait durasi kerja yang panjang. Hal itu biasanya dikarenakan surat informasi dari Dirjen GTK dinilai terbit secara mendadak.
”Informasinya memang selalu mendadak. Jadi secara normal kerja reguler hanya sampai pukul empat sore. Tetapi kalau di PPG tidak bisa kerja sampai jam empat sore karena tidak akan selesai. Jadi bisa sampai jam 12 malam masih tetap kerja. Memang kami butuh komitmen, integritas, dan loyalitas untuk mampu bekerja di PPG,” jelasnya.
Hal serupa juga dikeluhkan oleh Hamidah Irmayunita, mahasiswa PPG yang mengambil jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Irma mengaku tidak memiliki keluhan serius pada program PPG di UTM, akan tetapi banyak mahasiswa yang mengeluhkan tentang penerimaan informasi yang terlalu mendadak.
”Informasi yang dibagikan kadang terlalu mendadak, sehingga kami yang mau prepare jadi tergesa-gesa karena waktunya mepet,” terangnya (2/6).
Sedangkan Annajjemmazzahiroh, mahasiswi PPG prodi Bahasa Indonesia menceritakan kalau tenaga pengajar sudah baik dan kompeten. Mereka diberikan akses LMS (Learning Management System), yakni ruang virtual untuk kuliah daring, serta bimbingan akademik secara periodik. Namun, untuk segala pembiayaan praktik selama PPG ditanggung secara pribadi, sebab beasiswa hanya berupa pembiayaan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
”Namun, untuk kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan), sebagian besar pembiayaan dan pelaksanaan menjadi tanggung jawab pribadi mahasiswa. Seperti persiapan seremonial untuk pelepasan PPL di sekolah,” jelas mahasiswi asal Pamekasan tersebut (3/6).
Menanggapi kendala yang dialami, Badrud menambahkan bahwa nantinya akan dilakukan evaluasi setelah program berakhir. Sehingga saat ini masih belum dilakukan evaluasi menyeluruh pada tahun pertama program PPG tersebut.
”Setiap kegiatan akan ada evaluasi, untuk yang calon guru karena programnya belum selesai maka evaluasinya masih belum dilakukan,” tuturnya.
PPG sendiri merupakan program lanjutan bagi sarjana pendidikan maupun nonpendidikan untuk mendapat sertifikat pendidik. Dengan tujuan memenuhi syarat sebagai guru profesional.
Ada dua jenis PPG, yakni Prajabatan untuk calon guru yang belum mengajar (dilaksanakan secara luring), dan PPG dalam jabatan untuk guru yang sudah mengajar dan terdaftar Data Pokok Pendidikan (Dapodik) (dilaksanakan secara daring). Sedangkan UTM sendiri telah sejak lama menerima PPG dalam jabatan secara daring. (nra/frd)