Saat pertunjukan kisah pangeran Trunojoyo di depan Graha Utama UTM. Foto : Dico |
Menurut Youriko selaku ketua
pelaksana, pengambilan tema dies-natalis ke 16 ini berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Tema yang diangkat adalah kisah pangeran Trunojoyo. Tema ini
diambil dengan tujuan untuk menggugah rasa bangga para mahasiswa UTM melalui
kisah pangeran Trunojoyo. “Kali ini kita mengakat sejarah pangeran Trunojoyo,
kami ingin mengungkapkan kisah pangeran Trunojoyo dari sudut pandang yang
berbeda, yakni sebagai pahlawan, sehingga dapat membuat kita semua sebagai
mahasiswa UTM menjadi bangga,” jelas mahasiswa Agroteknologi semester tujuh
tersebut.
Pelaksanaan diesnatalis yang ke
16 ini akan diadakan dengan berbagai rentetan acara yakni mulai Senin hingga Minggu
(4/12). Acara tersebut meliputi pawai dan pembukaan pada tanggal 28 November
2016, parade teater nusantara pada selasa kemarin (29/11) hingga hari ini
(1/12), lomba baca puisi (2/12) dan yang terakhir penutupan (4/12). Dies-natalis
yang merupakan kegiatan rutin dari UKM seni Nanggala ini menghabiskan dana DIPA
yang tidak sedikit. Sekitar 20 juta rupiah telah digunakan untuk membuat
pelaksanaan diesnatalis ini. “Acara ini habis sekitar 20 juta-an, dananya diambil dari DIPA tetapi kita juga memilki sponsorship untuk dana tambahan,” ujar
Youriko saat ditemui seusai pawai.
Acara ini juga mendapatkan respon
positif dari salah satu mahasiswi Riau yang juga merupakan tamu UKM seni Nanggala.
“Acaranya menarik, saya rasa
mahasiswanya cukup mengerti budaya disini. Selain itu saya juga bisa mengerti
sedikit tentang kisah pangeran Trunojoyo”, ungkap Yulia, salah satu tamu yang
juga berpartisipasi dalam rangkaian dies-natalis ini. (Aww/Dul)