Pendaftar SNMPTN di UTM Turun

Pendaftar SNMPTN di UTM Turun

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 18 Maret 2016
Ilustrasi
WKUTM- Penurunan jumlah pendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 juga berdampak kepada Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Jumlah pendaftar SNMPTN di UTM turut mengalami penurunan sekitar 5000 pendaftar dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan adanya pemotongan kuota sebesar 10% yang ditetapkan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Selain itu porsi pendaftar siswa Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) sederajat disesuaikan berdasarkan akreditasi.

Adapun proposi pendaftar SNMPTN yang diterima dari keseluruhan jumlah pendaftar untuk sekolah terakreditasi A maksimal 75%, terakreditasi B maksimal 50%, terakreditasi C maksimal 20%, dan Sekolah tanpa akreditasi 10%. 

Supri ketua Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan Perencanaan dan Sistem Informasi (BAAKPSI) menerangkan jika turunnya jumlah pendaftar tidak berpengaruh besar terhadap UTM. Hanya saja persaingan yang terjadi menjadi tidak seketat tahun-tahun sebelumnya. Kondisi sebaliknya diperkirakan akan terjadi pada pendaftar jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pasalnya pendaftar jalur SBMPTN tidak ada batasan kuota seperti halnya SNMPTN.

Adanya penurunan jumlah pendaftar SNMPTN juga berdampak pada ketidakpastian proporsi jumlah calon pendaftar reguler dan bidikmisi. Perbandingan tahun 2015 masih berpatokan 50%- 50%. ”Pihak BAAKPSI masih belum dapat menentukan perbandingan pasti, karena jumlah kuota untuk tahun ini belum ditentukan,” ujar Supri.

Menurut Riris Aditia mahasiswa ilmu komunikasi semester 6 bila ada penurunan jumlah pendaftar di UTM sangat berkaitan dengan kinerja Humas. Humas yang baik seharusnya menghasilkan branding image yang menarik minat dan menjadikan UTM sebagai pilihan. 

”Humas harus melakukan kerja pengenalan kampus secara unik dan berbeda dari perguruan tinggi lain. Jangan-jangan kalau jumlah jumlah pendaftar menurun, UTM memang masih dianggap sebagai kampus pinggiran,” ujarnya.(ALVI/ISK)