Mahasiswa beasiswa International Student Scholarship asal Pakistan sedang membaca buku di ruangan International Relations Office (IRO) , Kamis (7/11). (Eksya aditya nurul azmi/IRO)
WKUTM – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dikabarkan telah mendatangkan tujuh dari 11 mahasiswa penerima International Students Scholarship sejak awal November. Adapun empat mahasiswa lainnya belum tiba di Indonesia.
Hal ini bertentangan dengan masa kedatangan mahasiswa penerima beasiswa yang direncanakan di awal antara akhir September hingga awal Oktober.
Adapun total keseluruhan mahasiswa penerima beasiswa yang lolos berjumlah 11 orang, di antaranya berasal dari negara Sudan, Malaysia, Ethiopia, Tajikistan, Nigeria dan Pakistan.
Bangun Sentosa Dwi Haryanto, selaku People in Charge (PIC) Universitas Trunojoyo International Students Scholarship 2024, menuturkan bahwa beberapa negara asal mahasiswa penerima beasiswa tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Sehingga mempersulit proses mengurus visa.
“Kepengurusan visanya sedikit terhambat. Itu yang menyebabkan keterlambatan,” ujar Wakil Dekan (Wadek) I Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISIB) tersebut (6/11).
Terhitung pada (10/11) sudah ada tujuh mahasiswa asing yang datang serta tinggal di gedung Learning Bussiness Center (LBC). Adapun mahasiswa asing tersebut berasal dari Malaysia, Tajikistan, Ethiopia, dan Pakistan.
Bangun, juga menambahkan, untuk permasalahan yang dihadapi mahasiswa penerima beasiswa telah ditindaklanjuti oleh pihak kampus dengan mengirimkan perwakilan langsung ke Jakarta.
”Jadi, untuk kendala visa bagi negara yang tidak punya diplomatik dengan Indonesia sekarang sudah diselesaikan,” ucapnya.
Bangun menjelaskan bahwa keterlambatan ini mengakibatkan mahasiswa penerima beasiswa mengalami ketertinggalan mata kuliah. Sedangkan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), telah dilaksanakan sejak bulan Oktober kemarin secara daring.
”Mereka akan ketinggalan mata kuliah, bahkan bukan hanya mata kuliah saja, pembelajaran bahasa Indonesianya juga akan lebih terlambat berkembang daripada yang sudah datang dan praktik langsung di sini,” jelasnya.
Adapun Imron Wakhid Harist, selaku Kepala International Relation Office (IRO) mengaku baru dilibatkan dalam mengurus mahasiswa penerima beasiswa tersebut pada bulan Agustus, pihaknya ditugaskan untuk menyiapkan E-visa senilai Rp6.200.000, yang biayanya ditanggung oleh mahasiswa penerima beasiswa.
Imron juga menjelaskan bahwa biasanya di kampus lain proses pengurusan biaya E-Visa, terlebih dahulu diurus oleh pihak kampus. Kemudian mahasiswa penerima beasiswa akan melunasi biaya tersebut setelah sampai di Universitas.
”Namun Universitas belum bisa karena tidak ada dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Akhirnya kita harus mengirimkan email kembali kepada mereka. Itulah kenapa memakan waktu lama,” ungkapnya via telepon (6/11).
Imron berharap pihak universitas juga tidak terlambat dalam memberikan uang biaya hidup bagi mahasiswa penerima beasiswa. Serta menyediakan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
”Harapan saya agar pihak universitas membayarkan uang biaya hidup secara teratur sampai mereka lulus. Kemudian yang kedua mahasiswa asing dibuatkan asrama khusus mahasiswa asing,” harapnya.
Sedangkan Bangun berharap agar tahun depan UTM dapat lebih matang dalam menyiapkan penerimaan peserta beasiswa, dengan cara melakukan pembukaan pendaftaran lebih awal. Dengan begitu, akan ada waktu lebih untuk melakukan sosialisasi terhadap mahasiswa penerima beasiswa.
”Saya mengharapkan rekrutmennya lebih awal, agar dapat menjangkau lebih luas calon mahasiswa asing. Serta akan memperbaiki dan mengevaluasi sistem tahun ini untuk tahun berikutnya,” jelasnya. (NIS/TFA)