Pementasan Teater Sempat di Gedung Student Center
WKUTM-
Teater Sempat kembali diselenggarakan oleh program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Trunojoyo Madura
(PBSI UTM). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, yakni 18-20 Juni di Gedung Student Center (GSC).
Menurut
Ahmad Noer Fahri, selaku ketua pelaksana, memaparkan bahwa teater sempat merupakan salah satu tugas akhir semester dari
mata kuliah seni teater bagi mahasiswa PBSI semester 4 yang setiap tahun
digelar. Dalam pementasan teater kali ini diambil tema “sat warna lakon aksara.” Sat diambil dari bahasa Sansekerta yang
artinya enam, sebagai perlambang ada enam pementasan. Sedangkan aksara sebagai
simbol angkatan bahasa dan sastra untuk
angkatan 17. Ia juga mengungkapkan untuk menentukan masalah tema awalnya
kebingungan karena untuk penampilan teater kali ini berbeda-beda. Setiap kelas
setidaknya dua kelompok teater. Namun setelah ada keputusan bersama, teater
sempat mengangkat tema tersebut.
“Jadi ada 6 penampilan yang dilakukan oleh teman-teman
lakon aksara, yakni pementasan teater berjudul demit, larasati, mantan mandor,
dukun-dukunan, matahari setengah mati, dan jangan bernyanyi di kamar mandi ” paparnya.
Selain itu, pihaknya menambahkan bahwa teater sempat
ini memang sudah ada sejak angkatan pertama, dan pementasan dilakukan tiap
akhir semester 4. Setiap kelas dibagi beberapa kelompok, di setiap kelompok
juga dibagi sesuai naskah, sisanya bagian ligthing,
artistik, dan perlengkapan.
Fahri menambahkan bahwa proses persiapan berawal dari
mata kuliah seni teater PBSI, mulai dari pendalaman teori selama tiga bulan.
Kemudian untuk latihan dan penggarapan selama tiga bulan. Untuk pelaksanaannya
penonton dikenakan tiket seharga Rp. 5000., yang dapat digunakan selama tiga
hari pementasan dan untuk umum.
Ahmad Jami’ul Amil, selaku dosen pembimbing
mengungkapkan, teater ini memang merupakan wahana mahasiswa untuk menuangkan
bakat dan kreativitas serta ekspresi mereka melalui pementasan teater.
”Teater merupakan kegiatan yang bisa meneguhkan
karakter mereka sebagai mahasiswa yang memiliki kebebasan menuangkan ide-ide
kreatif dalam bentuk seni lewat panggung pertunjukan. Mereka bisa mengungkapkan
karakter di setiap tokoh dan merasakan proses melakukan pertunjukan tentang
kekompakan, kekeluargaan, dan kebersamaan mereka.”
Mega Nur Azila, salah satu peserta pementasan mengaku
merasa senang karena mampu berapresiasi terhadap seni. Ia berharap untuk tahun
ke depan tetap diadakan karena teater sebab kegiatan seperti ini merupakan
tempat wadah untuk berekspresi.
Senada dengan itu, Indah Ruhil mahasiswa PBSI semester
4 menilai bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk mengenalkan teater. Sehingga
mampu membuat generasi muda lebih mencintai kesenian-kesenian Indonesia.
Ahmad Jami’ul Amil juga berharap setelah pementasan
ini, mahasiswa dapat meningkatkan kreativitasnya lagi. ”Setelah dilaksanakan
teater ini saya harap, mahasiswa meningkatkan lagi kreativitasnya. Saya harap melalui
tater mahasiswa mampu merefleksikan diri, baik ketika mereka hidup di lingkungan
mahasiswa ataupun masyarakat” pungkasnya. (yul/wuk)