Aksi Mahasiswa Tuntut Transparansi Kerja Sama Pembuatan KTM

Aksi Mahasiswa Tuntut Transparansi Kerja Sama Pembuatan KTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Senin, 04 Maret 2019
Orasi aksi mahasiswa di depan gedung rektorat. Foto : Brdz
WKUTM- Aliansi Mahasiswa Spirit Trunojoyo Madura, menggelar aksi massa di depan Gedung Rektorat, Senin (04/03). Dalam aksinya, mereka menuntut pihak rektorium berlaku jujur, melakukan transparansi, serta memberikan hak mahasiswa untuk mendapatkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) secara gratis.

Di sini kami menginginkan KTM gratis, bukan untuk transaksi," ujar Fadhol Irul, Mahasiswa Pendidikan Informatika.

Dalam aksinya, salah satu peserta, Disda Hendri Yosuki, Mahasiswa Fakultas Hukum, membacakan Press Release yang berisi tentang kejanggalan-kejanggalan pembuatan KTM multifungsi, seperti pernyataan berbeda antara pihak UTM dan BNI terkait nominal setoran awal senilai 100.000, serta keinginan-keinginan mahasiswa terkait KTM, seperti pembuatan ulang atau perbaikan.

Aksi tersebut terjadi karena ketidakpuasan hasil audiensi sebelumnya yang dihadiri oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Biro Administrasi Akademik Perencaan dan Sistem Informasi (BAAKPSI), dan pihak Bank NasionaI Indonesia (BNI) pada Jumat (01/03/2019).

Dalam audiensi ditanggapi keluhan permasalahan pembuatan KTM, yang mana dalam satu kartu terdapat Kartu Perpustakaan, Anjungan Tunai Mandiri (ATM), E-toll, busway, dan E-parkir. Kemudian adanya kartu tersebut menuai kontroversi dari beberapa pihak yang merasa keberatan.

Saat menyampaikan sambutan di depan rektorat, massa menginginkan adanya klarifikasi dari pihak rektorium, khususnya Wakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, dan Wakil Rektor 3  serta diadakannya audiensi di hadapan massa pada siang itu. Namun menurut keterangan Supriyanto, Kepala BAAKPSI pihak Rektorium sedang bertugas di luar kota.

Pimpinan tidak berada di kampus, karena sebelumnya tidak ada informasi mengenai adanya demo.” Ungkap Supriyanto.

Mengetahui hal tersebut, kelompok yang berunjuk rasa semakin berang. Dalam orasinya, mereka kemudian menginginkan adanya bukti surat kerja rektorium serta Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bukti transparansi kepada mahasiswa. Sultan Fuadi, Mahasiswa Hukum selaku Koordinasi Lapangan (Korlap), menekankan kembali kepada pihak rektorat terkait keinginannya menjalankan audiensi terbuka.

Setelah menunggu beberapa saat, pihak rektorium bersedia memberikan tanggapan di depan massa sembari duduk melingkar. Massa ditemui oleh Kabag Bagian Negara, Zubaidi,  Kasubag Kemahasiswaan, Rizal Zulkarnain, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan, Sri Mulyani Budianingsih, serta beberapa staf rektorium.  Mereka menjelaskan terkait ketidakhadiran para pimpinan dengan mebawa bukti surat penugasannya. Tak hanya itu, mereka juga menunjukkan lampiran kertas MoU kesepakatan Bank dengan UTM yang seharusnya tidak boleh diketahui siapa-siapa kecuali atas  persetujuan rektor.

Di akhir aksi massa, Supriyanto menuturkan pihaknya akan merencanakan usaha pengajuan audiensi susulan pada Rabu mendatang yang akan dihadiri oleh para pimpinan. "Maksimal rabu diusahakan," ujarnya sembari menenangkan massa.

Adanya aksi tersebut mendapat tanggapan dari kalangan mahasiswa, salah satunya Linda. Mahasiswa Fakultas Teknik tersebut menyayangkan adanya demo yang dilakukan oleh para mahasiswa. ia justru menilai adanya KTM yang dijadikan satu dengan ATM membuatnya semakin praktis dan modern. ”Sebenarnya hal seperti ini tidak harus dibuat demo, soalnya teman-temanku yang kuliah di JABODETABEK KTM-nya sudah jadi satu dengan ATM juga” ujar mahasiswa asal Bekasi  tersebut. (Ben/Dic/Juk)