Kelam

Kelam

LPM Spirit - Mahasiswa
Minggu, 17 Februari 2019


Tukang Becak

Di pagi buta, tepatnya di gardu ia membuka bungkusan itu.
Dengan tatapan dingin, bungkusan itu seperti menawarkan obat letih, lusuh dan gundah.
"Aku mau makan" katanya sembari melemparkan jaket dan topi yang lusuh dan basah.

Sedang putrinya bergembira memencet telepon.
Ketawa sendiri, senyum bahkan mengacuhkan keletihan ayahnya. 
"Nak, tolong jaga becak ini sebentar. Ayah mau ngarit di ladang. Sebab beberapa hari, ada informasi seseorang kehilangan telepon dan becak."

Lelaki itu sadar, waktu terus berjalan.
Ia segera lari ke ladang 
Memotong-motong rumput panjang. 
Sebab hewan ternak, memanggil-manggil di kandang.
Sedangkan putrinya masih juga senyum sendirian, memainkan telepon di pegang.
"Kok belum datang juga ya."

Kemudian,  lelaki itu lepas tinggal ladangnya,  ia pikul karung isinya rumput. 
Lalu, ia mengajak putrinya pulang. 
"Nak, bapak sudah selesai, mari pulang."
Putri itu tidak mengindahkan ajakan ayahnya.  
Ia sibuk mengulun bibir, mengetik pesan, menyisir rambut hingga diam, 
dipenjara tubuh pada telepon genggamnya.

Bangkalan,  2019



Kelam

Anak-anak duduk di pinggir kota, singgah di remang cafe. 
Ia jatuh mencium jendela, hujan melumat habis kisah asmara.
Lalu, silih ganti pemuda masuk melepas sedih, meniadakan kenang yang tinggal.

Kamal, 2 Agustus 2018



Kembang Kisah

Melihatmu seperti dinding rumah, sekali tatap mata lekat menetap.
Seakan menyeruak bau tubuhmu menjelma aroma santan yang sedang Ibu masak di dapur.

Musim kembali gugur.
Sampai hari bergati tahun.
Rumah adalah tempat pulang ternyaman.
Bila mungkin dengan kau, melengkapi di dalamnya.

Kamal, 2018



Abu Bakar Al Lailul Qodry (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia)