Tukang Becak
Di pagi buta, tepatnya di gardu ia membuka bungkusan itu.
Dengan tatapan dingin, bungkusan itu seperti
menawarkan obat letih, lusuh dan gundah.
"Aku mau makan" katanya sembari melemparkan jaket dan topi yang lusuh
dan basah.
Sedang putrinya bergembira memencet
telepon.
Ketawa sendiri, senyum bahkan mengacuhkan
keletihan ayahnya.
"Nak, tolong jaga becak ini sebentar. Ayah mau ngarit di ladang. Sebab beberapa hari, ada informasi seseorang kehilangan telepon
dan becak."
Lelaki itu sadar, waktu terus berjalan.
Ia segera lari ke ladang
Memotong-motong rumput panjang.
Sebab hewan
ternak, memanggil-manggil di kandang.
Sedangkan putrinya masih juga senyum
sendirian, memainkan telepon di pegang.
"Kok belum datang juga ya."
Kemudian,
lelaki itu lepas tinggal ladangnya,
ia pikul karung isinya rumput.
Lalu, ia mengajak putrinya pulang.
"Nak, bapak sudah selesai, mari pulang."
Putri itu tidak mengindahkan ajakan
ayahnya.
Ia sibuk mengulun bibir, mengetik pesan, menyisir rambut hingga diam,
dipenjara tubuh pada telepon genggamnya.
Bangkalan,
2019
Kelam
Anak-anak duduk di pinggir kota, singgah di
remang cafe.
Ia jatuh mencium jendela, hujan melumat habis kisah asmara.
Lalu, silih ganti pemuda masuk melepas
sedih, meniadakan kenang yang tinggal.
Kamal, 2 Agustus 2018
Kembang Kisah
Melihatmu seperti dinding rumah, sekali
tatap mata lekat menetap.
Seakan menyeruak bau tubuhmu menjelma aroma
santan yang sedang Ibu masak di dapur.
Musim kembali gugur.
Sampai hari bergati tahun.
Rumah adalah tempat pulang ternyaman.
Bila mungkin dengan kau, melengkapi di
dalamnya.
Kamal, 2018
Abu
Bakar Al Lailul Qodry (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia)