WKUTM-
Civitas Akademia Universitas Trunojoyo Madura (UTM) baru saja melewati
pemilihan umum presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) yang telah disediakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa
(DPM). Dari rekapitulasi suara
yang sudah diumumkan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM), pasangan nomer urut satu,
Jailani Muhtadhy-Alfiyatul Khairiyah unggul 1.220 suara dari
Abdus Salam-Inasa Kartika, pasangan nomer urut 2.
Saat ditemui di Sekretariat Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Seni Nanggala, mahasiswa Fakultas Keislaman itu mengungkapkan
perasaannya saat dinyatakan terpilih menjadi presiden mahasiswa. ”Saya bisa mengatakan alhamdulillah
dan innalilah. Alhamdulilahnya saya dipercaya dan innalilahnya saya mendapat tanggung jawab yang besar mengemban
amanat berat,” ungkapnya.
Visi-Misi dan
Program Kerja
Sebagai Presma, Jailani
memiliki visi-misi ‘Terciptanya Sinergitas Keluarga Mahasiswa UTM dalam Mewujudkan
Tridharma Perguruan Tinggi Menuju Keluarga Mahasiswa yang Berintegritas ‘. Namun, Jailani mengaku lupa saat WartaUTM memintanya untuk memaparkan misi
yang dibawa. Selanjutnya, ia hanya menjawab jika inti dari misinya adalah
sinergitas di kalangan civitas akademika.
Bukan tanpa alasan, Jailani merancang visi-misi
itu lantaran resah. Menurutnya, ada kerancuan dan ketidaksinambungan antara
organisasi mahasiswa intra kampus belakangan ini. Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) belakangan ini seperti tidak sejalan dengan
organisasi mahasiswa yang lain. ”Kita antar ormawa, sudah tidak sejalan lagi
atau bisa saja pura-pura sejalan di depan para pimpinan untuk tujuan tertentu,” ungkapnya.
Adapun terkait program kerja (proker), Jailani mengatakan kalau
BEM yang lalu tidak sesuai dengan jalan
proker yang seharusnya. Menurut Jailani, kebanyakan proker yang diadakan BEM
hanya sekedar menjadi Event Organizer (EO) belaka. Padahal, sudah ada
ormawa yang bisa menalangi sesuai bidangnya, misalnya Nanggala di ranah kesenian. Namun sayang, semua malah seperti dikuasai menjadi
satu titik hingga akhirnya ngeblok.
Oleh karenanya, untuk menanggulangi hal semacam
itu terulang, Jailani berjanji untuk mengadakan Bulan Trunojoyo. Dimana pada
pagelaran tersebut, akan diisi acara-acara yang diselenggarakan oleh ormawa itu
sendiri. ”Saya nanti akan membuat satu acara yang namanya bulan Trunojoyo, satu acara dihadiri 21 ormawa yang membuat kita
semua bahu-membahu,” terangnya.
Fasilitas, Pencairan Dana dan Jam Malam.
Menanggapi keluhan dana dan fasilitas ormawa,
Jailani optimis hal tersebut bisa diatasi. Namun,ia berharap sinergitas antar ormawa tidak berjalan sendiri-sendiri sebagaimana tahun-tahun yang lalu. jika ada satu masalah tentang fasilitas dan pencairan dana, maka semua harus maju bersama,
mengeluhkan hal-hal yang dirasa urgent untuk
kedepannya.
”jika
perlu kita akan demo bersama-sama atau berjalan bersama ke pimpinan untuk
masalah dari dua
hal tersebut. Tiga hari sekali, seluruh ormawa datangi
pihak atasan sampai mereka menyelesaikan masalah yang tadi itu,” tambahnya.
Sedang keluhan lain terkait jam malam, Jailani sendiri mengaku tidak setuju dengan peraturan
tersebut. Jailani menilai, sangatlah kurang jika pukul 22.00 WIB kampus harus dikosongkan. Adanya jam malam, menurutnya menimbulkan pertentangan antara tuntutan
pihak kampus yang menekan mahasiswa berprestasi baik akademik maupun non
akademik. Sementara kebijakan jam malam begitu membatasi ruang gerak dan
belajar mahasiswa.
”Kita dituntut oleh
universitas untuk berprestasi baik wilayah internal maupun eksternal kampus,
bagaimana ini bisa terwujud jika ruang gerak dan belajar kita terbatasi,” keluhnya.
Terkait peraturan jam malam ini, Jailani akan mengadakan audiensi kembali lagi. Jika pihak kampus tidak memberikan jawaban, ia akan meminta pihak kampus untuk memberikan
ruangan atau tepat khusus bagi ormawa yang ingin berproses lebih baik dan prestasi tentunya, khususnya UKM yang
membutuhkan banyak durasi waktu untuk latihan di
masing-masing bidang. (Vira/Wuk/Raj)