Foto: Rara
Duta kampus
Universitas Trunojoyo Madura (UTM) atau lebih dikenal sebagai King and
Queen yang selama ini berada dalam
naungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Pertanian (FP), Viper Collaboration saat ini mengalami perpecahan. Hal itu dikarenakan King and
Queen berganti nama menjadi Potra-Potre merasa selama ini keberadaannya
tidak diakui tiap Fakultas sebagai duta kampus.
"Kami
mengambil keputusan untuk keluar kemudian mengganti nama menjadi Potra-Potre karena kita sudah tidak lagi berada di naungan UKMF
Viper Collaboration. Kami merasa tidak diakui
oleh pihak fakultas lain. Maka keputusannya, kami keluar dengan tidak
membawa nama King and Queen. Sehingga kini kami berganti nama Potra-Potre yang sesuai dengan kebudayaan Madura itu sendiri" ujar Badri Indriyanto, mahasiswa yang menjadi King tahun 2015 tersebut.
Menurut Surya Adi Darma , selaku
anggota Viper, adanya polemik
tersebut menimbulkan kerancuan terkait legalitas
Potra-Potre itu sendiri. Pihak Viper mengungkapkan bahwa yang tetap diakui adalah King and
Queen. Hal itu karena sejak tahun 2009 sudah ada surat keputusan (SK) sebagai bukti legalitas
sebagai duta kampus dan
Viper sebagai penyelenggara.
”Untuk SK yang sah tetap King and Queen. Jadi untuk Potra-Potre kami kurang tahu seperti apa. Mungkin mereka
menunggu keputusan dari pimpinan,”
ungkap mahasiswa Agroteknologi ketika diwawancara pada
Rabu (19/09).
Berkaitan dengan
regulasi dan legalisasi, Halimi selaku
ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) bahwa Potra-Potre belum ada legalisasi dan belum bisa dipastikan tentang siapa yang akan menaungi. Untuk sementara ini, masih dalam tahap proses pengajuan
dari Potra-Potre terkait penaungannya, di bawah naungan Humas atau Wakil Rektor 3.
”Sampai saat ini masih belum ada berkas masukan
ke DPM mengenai Potra-Potre. Pihak DPM pun belum mengetahui harapan, tujuan,
maupun visi-misinya. Jika selama proses tidak melalui DPM maka akan lama dan dikatakan belum legal,”
ungkap mahasiswa Hukum Bisnis Syariah tersebut.
Halimi juga
menambahkan bawa untuk melegalkan Potra-Potre, pimpinan masih mencari referensi
dengan melakukan studi banding ke Universitas Negeri Malang.
Di kalangan
mahasiswa sendiri, duta kampus belum banyak dikenal. Seperti Zumroh, mahasiswa
Fakultas Hukum yang mengaku tidak tahu secara rinci mengenai duta kampus.
”Secara spesifiknya atau program kerja duta kampus, saya tidak tahu. Duta Kampus pastinya untuk
mengharumkan kampus serta memperkenalkan kampus. Akan
tetapi, saya tidak mengetahui program kerjanya seperti
apa” Ungkapnya.
Hal yang serupa
dengan duta kampus atau King and Queen adalah
mahasiswa berprestasi (mawapres). Sesuai dengan namanya, mawapres adalah mahasiswa berprestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik.
Zumroh juga memaparkan bahwa Duta Kampus memang berperan untuk mempromosikan
maupun membawa nama baik UTM ini di luar
nanti, akan tetapi
alangkah baiknya meperkenalkan Mawapres terlebih dahulu di ranah
publik.
”Duta kampus memang sangat berperan dan untuk menyandang gelar itu ada seleksinya. Tidak hanya cantik atau tampan, tetapi mempunyai kemampuan akademik yang
bagus. Namun, jika disuruh memilih antara Duta Kampus atau Mawapres,
saya lebih memilih Mawapres. Karena Mawapres tidak hanya wadah bagi mahasiswa yang berprestasi,
namun juga sebagai simbolis bahwa itulah putra putri terbaik dari Universitas Trunojoyo”
ungkapnya.
(Ben/Yul/Wuk)