Antrean kendaraan di pintu keluar gerbang Universitas Trunojoyo Madura. Foto: Birar
WKUTM-Palang pintu otomatis yang menggunakan kertas barcode scanner mulai diterapkan di Universitas Trunojoyo Madura
(UTM). Sayangnya, kebijakan ini banyak dikeluhkan oleh mahasiswa karena
mengakibatkan kemacetan panjang pada Rabu (12/9).
Siti Ajeng Diah Mentari salah satunya, mahasiswa Fakultas Hukum itu
mengeluh, setiap keputusan memang akan memberikan sisi yang baik maupun buruk.
Meskipun dirasa baik karena dapat mengurangi STNK hilang dikalangan mahasiswa,
namun kebijakan palang pintu otomatis ini masih dirasa tidak efektif karena
menyebabkan kemacetan yang panjang.
Masalah ini juga dikeluhkan oleh mahasiswi Sastra Inggris, Adellia Ossy.
Dengan diubahnya pengecekan STNK dengan kertas barcode scanner dirasa masih banyak menyisakan masalah baru seperti
barcode scanner yang tak terbaca dan menimbulkan kemacetan
panjang.
‘‘Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya kehilangan kertas resi di
kalangan mahasiswa. Belum lagi ketika kertas menjadi teremas yang kemudian
menyebabkan tak terbacanya barcode di
kertas resi’’ Ujarnya.
Terkait banyaknya keluhan itu, Amrin Rozali selaku staff Unit Layanan
Pengadaan (ULP) beralasan kalau hal ini terjadi lantaran masih dalam tahap
percobaan. Meskipun, ada indikasi
kebijakan terhadap sistem palang pintu otomatis akan diberlakukan untuk
seterusnya.
Ia juga mengatakan, sebenarnya kebijakan tentang palang pintu otomatis
telah sesuai pertimbangan. Perihal hilir mudik mahasiswa yang mengakibatkan
kemacetan, terutama pada pagi hari maupun sore hari ketika jam pulang kerja
maupun kuliah masih terus dalam pembahasan.
‘’Perihal mengatasi permasalah tentang (kemacetan) ini. Segalanya masih
dirembuk.’’ Ujarnya.
Sedangkan menurut Isyanto, selaku Satuan Pengaman (Satpam) berujar bahwa
keluhan mahasiswa sangatlah wajar. Akan tetapi, hal itu tidak bisa ditinjak
lanjuti karena itu merupakan keputusan pimpinan pihak kampus.
‘’Masalah efektif atau tidaknya,
saya rasa efektif. Karena kita hanya melaksanakan tugas saja’’ ujarnya.
Perihal masalah palang pintu otomatis, banyak mahasiswa yang tidak
menyetujui diberlakukannya kebijakan tersebut. Salah satunya adalah Firda
Meilianita, Mahasiswi FISIB yang berujar bahwa palang pintu otomatis membuatnya
telat kuliah ketika pagi hari harus mengantri panjang terlebih dahulu.
‘’Saya rasa dengan adanya palang pintu otomatis, malah menjadi tidak
efektif meskipun menjadi lebih tertib.
Saya berharap, jika ada pembaharuan alangkah lebih baik dipertimbangkan
lagi dengan melihat kondisi yang ada," pungkasnya. (Ben/Raj)