KKN, Mahasiswa Dituntut Lebih Mandiri Lagi

KKN, Mahasiswa Dituntut Lebih Mandiri Lagi

LPM Spirit - Mahasiswa
Kamis, 27 September 2018



WKUTM – Pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019 ini, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) memberlakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Mandiri yang berbeda dari semester sebelumnya. Dimana untuk kali ini, mahasiswa wajib membentuk kelompok KKN-nya masing-masing.

Agung Ali Fahmi, Sekertaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UTM, menjelaskan jika kebijakan memilih kelompok sendiri itu hanyalah persoalan teknis, bukan persoalan substansi. Substansi KKN itu ada tiga, lanjutnya, kemandirian, inovasi, dan pengabdian.

Selain itu, Agung juga menjelaskan jika prosesi KKN adalah satu bentuk pengabdian, bukan persoalan untung rugi dan sebagainya. Maka, menurutnya prosesi pengabdian itu mutlak membutuhkan pengorbanan, dimana mahasiswa dilatih mengorbankan keilmuan dan tenaganya, tidak sampai pada investasinya.

Karena itu mahasiswa tidak boleh membuat jembatan, tidak boleh mengecat kuburan, yang diperbolehkan adalah mendorong masyarakat untuk membuat jalan, menyadarkan masyarakat tentang merawat fasilitas publik yang disebut kuburan. Tidak boleh mereka kemudian urunan membikin kuburan. Nah, itu proses pengabdian,ungkapnya.

Agung melanjutkan, perubahan kebijakan-kebijakan ini dilakukan secara bertahap sampai bulan Januari. Seluruh model KKN itu adalah mandiri bahkan sampai pada waktunya sudah tidak dibatasi pada akhir semester.

Di sisi lain, kebijakan ini mendapat beragam tanggapan dari kalangan mahasiswa, Rifta Zahrotun, misalnya. Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar itu mengakui bahwa kebijakan KKN untuk tahun ini seyogyanya mengandung niat yang baik. Hanya saja, ia berharap agar kebijakan tersebut dipertimbangkan ulang. Sebab, menurutnya kebijakan ini membuat banyak mahasiswa belum menemukan kelompok KKN-nya satu sama lain.

Sampai sekarang saja, di grup-grup itu masih ramai cari kelompok, dari ketentuannya satu kelompok itu harus ada dari kategori A dan katagori B, sedangkan dari kami, ya, gak mungkin kenal banyak prodi, jadinya kesulitan. Satu kelompok itu kan 15 orang, tapi itu masih ada yang 9, ada yang masih separuh, sampai sekarang masih kerepotan, bebernya.

Senada dengan itu Mohamad Surya Dani, mahasiswa Prodi Teknik Elektro mengaku jika KKN semester ini sedikit rumit. Dimana mahasiswa harus mencari kelompok sendiri, padahal belum tentu semua mahasiswa punya kenalan di luar fakultas. Sehingga, banyak mahasiswa yang belum mendapat kelompok dan sebaliknya, banyak kelompok yang kekurangan anggota.

Dibandingkan dengan semester sebelumnya lebih enak, kelompok sudah ditentukan, sekarang kan harus nyari kelompoknya, harus cari kenalan baru, desa juga nyari sendiri,keluhnya

Menanggapi itu Agung Ali Fahmi mengungkapkan bahwasannya sudah mengetahui kendala-kendala ini. Sepengakuan Agung, pihaknya juga sudah memikirkan hal ini, hanya saja hasilnya tidak dipublikasikan. Agung masih berharap agar mahasiswa berusaha untuk mandiri terlebih dahulu.

”Saya tahu akan ada kesulitan mencari teman, itu kita pikirkan, tapi tidak dipubliksikan, sudah biar mereka (mahasiswa, red) mandiri dulu. Orang hanya persoalan mencari teman itu yang kita inginkan dari kemandirian.

Terakhir, Agung juga menambahkan kalau berhasil tidaknya kebijakan ini, pihaknya akan terus memperbaiki. Proses evaluasi akan terus dilakukan, terlebih mengingat masa ini merupakan masa-masa transisi pula. (Ika/Raj)