Dialog Terbuka Ormawa bersama Pimpinan UTM

Dialog Terbuka Ormawa bersama Pimpinan UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 21 September 2018

Suasana dialog terbuka antara ORMAWA UTM bersama pimpinan di Gedung Graha Utama UTM. Foto: Rar.

WKUTM – Segenap Organisasi Kemahasiswaan Universitas Trunojoyo Madura (Ormawa UTM) bersama pimpinan UTM menggelar dialog terbuka, Jumat (21/9). Pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Lt. 5 Gedung Graha Utama tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, serta  sebagian Wakil Dekan III dan beberapa Kepala Biro.

Forum yang sempat molor sampai pukul 13:45 WIB itu membahas beberapa hal. Solihin, Mentri Dalam Negri (Mendagri) dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyampaikan beberapa hal yang perlu dibahas dan meminta solusi pada pihak rektorat. Diantaranya terkait kebijakan jam malam, peminjaman gedung, serta pendanaan ormawa.

Solihin memaparkan usulan solusi dari ormawa terkait administrasi perizinan jam malam, yakni cukup dengan tanda tangan dari Rizal Zulkarnaen selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kemahasiswaan. Sedang untuk perizinan gedung, cukup dengan tanda tangan dari BEM KM atau DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa).

Selain itu, ia juga mengungkapkan untuk dibedakannya perizinan tempat yang dibebaskan dari jam malam untuk kegiatan formal maupun nonformal, terutama untuk latihan. Untuk Ormawa tingkat universitas, yang diminta adalah Gedung Pertemuan dan Sekertariat Bersama (Sekber).

Solihin juga menyinggung perihal pendanaan kegiatan ormawa. Dalam kesempatan itu pihak ormawa meminta kepastian untuk disetujuinya dana yang telah diajukan ke pihak rektorat.

Dalam forum itu, perwakilan UKM Nanggala serta UKM Ghubatras juga menyampaikan keluhan terkait jam malam yang dinilai membatasi proses kreativitas. Terlebih, anggota perempuan dilarang berada di area kampus diatas jam sepuluh malam.


”Ketika kita berproses di sekber, cowok tidak dilarang, cewek dilarang, masalahnya ada di cewek, dan itu harus dicarikan solusi,” terang Jailani selaku Ketua Umum UKM Nanggala.

Menambahi apa yang disampaikan, Halimi selaku Ketua DPM mengungkapkan keluhannya terkait kebijakan jam malam. Menurutnya ada ketimpangan antara kebijakan yang diterapkan dengan tuntutan pihak rektorat. Dimana pihak rektorat menuntut setiap ormawa untuk meningkatkan prestasinya, sedang waktu untuk berproses dan berkreasi di kampus malah dibatasi.

”Kita diminta berprestasi, namun peluang kegiatan di malam hari terbatas. Ini menjadi keluhan dari ormawa, baik tingkat universitas maupun fakultas dan jurusan,” keluhnya.

Menanggapi itu, Boedi Mustiko sebagai Warek III, mengungkapkan akan ada penambahan batas waktu jika memang kegiatannya dinilai sangat penting. Terlebih hal tersebut juga demi mengharumkan nama UTM.

”Jika memang sangat diperlukan, maka tidak harus jam sepuluh, kita memberi toleransi. Ini juga demi nama UTM,” ungkapnya.

Adapun untuk keluhan lain, Boedi menyarankan untuk mengajukan hal tersebut kepada Kasubag kemahasiswaan langsung.”Silahkan ajukan ke Pak Rizal, kita sama-sama menginginkan yang terbaik,” ujarnya.

Di sisi lain, perwakilan Ormawa fakultas yang ikut pertemuan juga menyampaikan beberapa permasalah yang ada di fakultas. Diantaranya adalah perihal pelayanan penurunan UKT yang masih dirasa kurang, persoalan kartu perpus, maupun kurangnya fasilitas-fasilitas yang ada di fakultas.

Terkait masalah itu, Boedi mengaku kalau segenap UKM dan UKMF memang memerlukan fasilitas yang banyak. Dan untuk memenuhi semuanya, dirinya meminta agar pihak UKM maupun UKMF bersabar.

”Sebanyak 108  UKM dan UKMF memang memerlukan fasilitas yang banyak, jadi, ya, mohon sabar,” jawabnya. (Yul/Juk)