Suasana dialog terbuka antara ORMAWA UTM bersama pimpinan di Gedung Graha Utama UTM. Foto: Rar.
WKUTM – Segenap Organisasi Kemahasiswaan Universitas
Trunojoyo Madura (Ormawa UTM) bersama pimpinan UTM menggelar dialog terbuka, Jumat
(21/9). Pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Lt. 5 Gedung Graha Utama tersebut
dihadiri oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, serta sebagian Wakil
Dekan III dan beberapa Kepala Biro.
Forum yang sempat molor sampai pukul 13:45 WIB itu membahas
beberapa hal. Solihin, Mentri Dalam Negri (Mendagri) dari Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) menyampaikan beberapa hal yang perlu dibahas dan meminta solusi pada
pihak rektorat. Diantaranya terkait kebijakan jam malam, peminjaman gedung,
serta pendanaan ormawa.
Solihin memaparkan usulan solusi dari ormawa terkait
administrasi perizinan jam malam, yakni cukup dengan tanda tangan dari Rizal Zulkarnaen selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kemahasiswaan. Sedang untuk perizinan gedung, cukup dengan tanda
tangan dari BEM KM atau DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa).
Selain itu, ia juga mengungkapkan untuk dibedakannya
perizinan tempat yang dibebaskan dari jam malam untuk kegiatan formal maupun
nonformal, terutama untuk latihan. Untuk Ormawa tingkat universitas, yang
diminta adalah Gedung Pertemuan dan Sekertariat Bersama (Sekber).
Solihin juga menyinggung perihal pendanaan
kegiatan ormawa. Dalam kesempatan itu pihak ormawa meminta kepastian untuk
disetujuinya dana yang telah diajukan ke pihak rektorat.
Dalam forum itu, perwakilan UKM Nanggala serta UKM Ghubatras
juga menyampaikan keluhan terkait jam malam yang dinilai membatasi proses
kreativitas. Terlebih, anggota perempuan dilarang berada di area kampus diatas
jam sepuluh malam.
”Ketika kita berproses
di sekber, cowok tidak dilarang, cewek dilarang, masalahnya ada di cewek, dan itu harus dicarikan solusi,”
terang Jailani selaku Ketua Umum UKM Nanggala.
Menambahi apa yang disampaikan, Halimi selaku Ketua DPM
mengungkapkan keluhannya terkait kebijakan jam malam. Menurutnya ada
ketimpangan antara kebijakan yang diterapkan dengan tuntutan pihak rektorat.
Dimana pihak rektorat menuntut setiap ormawa untuk meningkatkan prestasinya,
sedang waktu untuk berproses dan berkreasi di kampus malah dibatasi.
”Kita diminta berprestasi, namun peluang kegiatan di malam
hari terbatas. Ini menjadi keluhan dari ormawa, baik tingkat universitas maupun
fakultas dan jurusan,”
keluhnya.
Menanggapi itu,
Boedi Mustiko sebagai Warek III, mengungkapkan akan ada penambahan batas waktu
jika memang kegiatannya dinilai sangat penting. Terlebih hal tersebut juga demi
mengharumkan nama UTM.
”Jika memang sangat diperlukan, maka tidak harus jam sepuluh,
kita memberi toleransi. Ini juga demi nama UTM,” ungkapnya.
Adapun untuk keluhan lain, Boedi menyarankan untuk mengajukan hal
tersebut kepada Kasubag kemahasiswaan langsung.”Silahkan ajukan ke Pak
Rizal, kita sama-sama menginginkan yang terbaik,” ujarnya.
Di sisi
lain, perwakilan Ormawa fakultas yang ikut pertemuan juga menyampaikan beberapa
permasalah yang ada di fakultas. Diantaranya adalah perihal pelayanan penurunan
UKT yang masih dirasa kurang, persoalan kartu perpus, maupun kurangnya
fasilitas-fasilitas yang ada di fakultas.
Terkait masalah itu,
Boedi mengaku kalau segenap UKM dan UKMF memang memerlukan fasilitas yang banyak.
Dan untuk memenuhi semuanya, dirinya meminta agar pihak UKM maupun UKMF
bersabar.
”Sebanyak 108 UKM dan UKMF memang memerlukan fasilitas yang
banyak, jadi, ya, mohon sabar,” jawabnya. (Yul/Juk)