Stagnasi Studi Banding UTM

Stagnasi Studi Banding UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Rabu, 28 Maret 2018


Saat sesi foto bersama dengan BEM UNDIP dengan Ormawa UTM. Foto: Dic.
WKUTM- Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tahun ini mengadakan studi banding (Stuba) dengan memilih Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UINSUKA) sebagai tempat tujuan. Studi banding yang dilaksanakan pada 20-22 Maret 2018 diikuti oleh segenap Badan Kelengkapan Keluarga Mahasiswa, baik dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM), Gubernur, maupun Organisasi Mahasiswa (ormawa).

Kurangnya Persiapan Studi Banding

Ahmad Zahid selaku presiden mahasiswa (Presma) mengungkapkan jika rencana awal studi banding ke Jakarta, yaitu ke Universitas Indonesia (UI), ke gedung DPR, dan salah satu studio TV di Jakarta. Namun kampus ini tidak langsung menolak juga tidak langsung mengiyakan melainkan meminta waktu sebentar. Ketika pihak UTM menghubungi lagi, pihak sana mengatakan akan menghubungi kembali, hingga akhirnya tidak jadi. Awal rencana ke UI pun tidak dapat terealisasi sebab kendala konfirmasi yang terlalu lama.

Pihak BEM mengaku Studi banding sudah dipersiapkan satu bulan sebelumnya,  namun karena menunggu konfirmasi sehingga molor. Setelah tidak ada kabar sama sekali, akhirnya UNDIP menjadi tujuan, walaupun awalnya tidak langsung mengiyakan, tetapi akhirnya UNDIP menerima. Kemudian pihak BEM mencari universitas yang sejalur dengan itu yaitu di Yogyakarta dengan  mencoba mengkonfirmasi ke UGM, UNY dan UINSUKA.

“Dari presma UGM, Obet Kresna bilang kami sedia menerima, kebetulan saya juga bertemu secara langsung sebelumnya. Ketika itu saya sudah bilang duluan, kemudian saya diminta menghubungi menteri luar (Menlu) negerinya,” tambah Zahid .

Untuk tujuan lain mencoba ke UGM, namun Menteri luar negerinya ternyata sulit dihubungi dan setelah dikonfirmasi ternyata tiba-tiba bilang tidak bisa di H-5. Alasannya seperti UI yang masih terkendala dengan masalah rapat kerja yang belum dibuat dan bertepatan dengan sebuah acara.

"Kami sudah menghubungi UGM tetapi tidak bisa, kemudian kita menghubungi UINSUKA dan UNY. Akhirnya yang mengkonfirmasi  terlebih dahulu UINSUKA, jadi ditetapkan di kampus tersebut,”  ungkap Zahid .
Selain itu kurangnya persiapan lain terlihat dari tidak adanya pembagian rundown yang jelas dan pemberitahuan yang mendadak.


”pelaksanaan studi banding kali ini tidak ada rundown yang jelas, selain itu juga adanya pemberitahuan yang dilaksanakan  sehari sebelum berangkat,” ungkap Maulana selaku Ketua Umum UKM Pramuka.


Perwakilan dari UKM KSR PMI dan Pramuka yang tidak bertemu dengan UKM sejenis di UNDIP. Foto: Dic.

Kendala-Kendala Pelaksanaan Studi Banding

Terkait kendala selama studi banding pihak BEM berdalih bahwasannya itu sepenuhnya bukan kesalahan panitia, melainkan dari kampus yang bersangkutan. Terkait pemilihan tempat tujuan yang tidak segera pasti.

“Jadi sebenarnya untuk kendala itu tidak dari panitia, tetapi kendala dari pihak kampus yang tidak langsung mengiyakan, mengulur-ulur waktu namun akhirnya dibatalkan,” kilah Zahid.


Keadaan tersebut menjadikan pihak UKM mengalami kekecewaan terhadap apa yang terjadi pada studi banding dan  dirasa kurang maksimal dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti, rapat yang mendadak, pemberitahuan pada H-1, kuota untuk perwakilan tiap UKM, hingga banyak UKM yang tidak bertemu dengan UKM sejenis di sana.

Ketika dikonfirmasi perkara tidak bertemunya beberapa UKM tersebut. Zahid mengungkapkan bahwa sebelumnya sudah ada undangan juga ada komunikasi dengan pihak Humas.

 ”Rencananya  mereka mengirimkan undangan pukul  9 tetapi kami tiba pukul 11. Sehingga di sana sudah ada yang pulang, kuliah. Padahal kita mengundang ketua, namun belum tentu  semua hadir, karena ada halangan kami jadi hanya ada perwakilan dari beberapa UKM,”

Anas selaku komandan UKM KSR PMI sangat menyayangkan tidak ada kesiapan. Adanya beberapa UKM yang tidak ditemui.


”Keadaan tersebut terlihat kurang persiapan, seperti  UKM KSR PMI, PRAMUKA yang keliling tidak jelas di UNDIP karena tidak bertemu. Bukan hanya di UNDIP. Di UINSUKA ketua KSR UNDIP mengaku tidak tahu perihal adanya studi banding  setelah dihubungi sendiri,” keluhnya.

Menurut ketua pelaksana (ketupel) Mohammad Rofiqi, yang menjadi kendala salah satunya adalah karena hari aktif. Karena kurang lebih sebanyak 215 anggota UKM dan BEM adalah mahasiswa aktif.

Kekecewaan lain, masih menurut Maulana selaku delegasi dari UKM Pramuka merasa kurang puas terkait Stuba. Hal itu karena rundown  acara yang kurang jelas, sistem acara yang belum jelas pula membuat yang membuat bingung tentang gambaran pelaksanaan Stuba.

Ketupel mengaku bahwa mereka telah memaksimalkan yang ada. Kurang lebih selama sebulan melakukan revisi tempat. Selain itu, yang ditekankan masing-masing ormawa yaitu dapat bertemu dengan masing-masing UKM yang sejenis.

Menurut Anas komandan KSR, awalnya direncanakan adanya sharing untuk bahan evaluasi setelah terjadinya tidak bertemunya beberapa UKM di UNDIP, supaya tidak terulang di UINSUKA.Wakil Presma mengajak evaluasi untuk sharing. Namun, setelah ditunggu ternyata tidak diadakan evaluasi.

Tetapi sesampai di UINSUKA kejadian seperti di UNDIP masih terjadi, banyak UKM yang merasa ditelantarkan, hingga beberapa UKM berinisiatif untuk berangkat ke sekretariat UKM tanpa mengikuti kegiatan BEM.

Presma mengaku jika mengusahakan supaya UKM dapat menemui UKM sejenis tetapi ada missed komunikasi.

“Disana itu ada koordinator UKM, Presma di sana berbicara langsung  kepada koordinator UKM sana,diduga koordinator yang salah faham. Mereka mengira hanya perlu koordinator UKM dan presma saja. Jadi missed komunikasilah,” Ungkap  mahasiswa semester 8 tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa kejadian ini bukan kesengajaan, ”Jadi beginilah logikanya, kalaupun saya mengajak UKM, ya masa saya juga mengecewakannya. Jadi, ya kendalanya yang di UIN adalah missed komunikasi dan di UNDIP karena terbentur dengan kegiatan dan kuliah,” Imbuhnya.

Dana studi banding

Seperti konsep studi banding yang sudah dikonsep sebulan lalu dengan  dana sekitar 50juta.
Menurut keterangan ketupel Dana yang terpakai 36 juta sedangkan sisanya masih  ada di pihak BAAK. Sisa dari dana tersebut pun bisa diakses untuk  Ormawa jika nanti akhirnya dikembalikan. Terkait masalah pendanaan, BEM hanya tahu masalah kendaraan dan juga jumlah peserta. Maka untuk uang saku, pihak penyelanggara mengaku tidak tahu.

”Dana yang masih lebih tersebut juga masih ada di pihak BAAK. Tidak ada uang saku, karena semua pendanaan seperti keberangkatan tidak dipungut biaya,” imbuh mahasiswa Fakultas Hukum tersebut.

Hasil Studi Banding

Terkait hasil studi banding beberapa UKM menilai bahwa belum mendapatkan hasil maksimal. seperti UKM Unit Kerohanian Keagamaan Kristen (UK3) yang mengeluh hanya bisa sharing di UNDIP.

Senada dengan pernyataan tersebut pihak UKM Pramuka mengeluh bahwasannya belum mendapatkan hasil maksimal.

”Kemarin di UNDIP tidak ketemu UKM pramuka. Sedangkan di UINSUKA alhamdulilah ketemu akan tetapi pihak  kami sendiri yang menghubungi. Hasilnya  dirasa ilmu yang didapat belum maksimal. Karena kalau di UIN Insya Allah sebelumnya sudah pernah sharing. Sebetulnya yang terpenting itu di UNDIP, karena kita belum pernah sharing selain itu karena pramukanya di  UNDIP lebih maju dan berpengalaman, tapi malah tidak ketemu,” Keluhnya.

Pihaknya juga menilai bahwa studi banding ini hanya antar BEM saja, untuk ormawa  dirasa hanya sedikit pencapaiannya.

Meski demikian pihak penyelenggara tidak memandang kecewa atau sudah dirasa maksimal. Pihak BEM sudah mengkonfirmasi pihak Universitas, UKM, DPM, maupun Ormawa di sana. Meski demikian Pihak bempun meminta maaf atas semua itu seperti UKM UK3 yang tidak bertemu sesama UKM ketika di UIN juga untuk beberapa UKM lain baik di UINSUKA maupun  UNDIP.

“Secara pribadi saya ya minta maaf. Tapi untuk UKM yang merasa kecewa  saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada yang lainnya, kita sudah mencoba semaksimalnya dengan  komunikasi ke BEM, kita juga sudah meminta untuk UKM hadir semua,” ungkap Zahid.

Pelaksanaan Stuba kemarin dinilai banyak minusnya, pihak BEM dan tuan rumah kurang koordinasi.

”Ada banyak hal yang perlu dikoreksi, untuk presentasi penilaian 65% saja keberhasilannya,” ungkap April selaku delegasi dari UKM Taruna Jaya.

Stuba kali ini diharapkan lebih bisa meningkat lagi untuk ke depan dengan adanya persiapan lebih matang.

"Harapannya kedepan persiapan yang dilakukan teman-teman BEM lebih tertata dan tidak mendadak. Alangkah baiknya jika sistem Stuba juga dijelaskan, supaya tidak hanya sekedar jalan-jalan. Selain itu, kita ini mau bertamu jaga koordinasi dan komunikasi dengan tuan rumah. Karena kemarin teman-teman pramuka UIN dan UNDIP saya hubungi tidak ada informasi bahwa akan ada STUBA dari UTM. Ini cukup membuat kita malu, karena seperti bertamu namun tidak permisi. Dan tahun depan jangan sampai terulang kembali,” imbuh Maulana.

Menurut Rofiqi terkait pengadaan evaluasi, dilakukan masing-masing  untuk BEM dan UKM, ”Jadi, evaluasi studi banding akan di lakukan secara terpisah,” pungkasnya. (Yul/Ena/Wuk)