Sulton Fathoni ketika menyampaikan kuliah umum di Gedung Auditorium UTM. Foto : Ardi
WKUTM – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) kabinet Gajah
Mada menyelengarakan kuliah umum dengan nuansa Islam Nusantara (12/03) di
gedung auditorium Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Acara yang dimulai pukul
08.30 sampai 12.30 ini mengusung tema ”Menjunjung Tinggi Asa Menuju Negeri
Nusantara.”
Acara yang diikuti oleh sekitar 200 mahasiswa dan delegasi mahasiswa
se-kabupaten Bangkalan ini mengundang ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU), Muhammad Sulton Fatoni sebagai
pemateri. Beliau merupakan Pembantu Rektor Universitas Islam Jakarta sekaligus
pengarang Buku Pintar Islam Nusantara.
Perbincangan isu Islam phobia dan
keributan yang timbul dengan dalih beragama menjadi latar belakang BEM
mengadakan acara kali ini. ”Kami melihat akhir-akhir ini bangsa Indonesia
dihadapkan dengan kegaduhan yang tidak semestinya memakai topeng agama terutama
dalam kehidupan sosial dan politik,” tutur ketua pelaksana M. Rosyid.
Selain itu, menurutnya masih terjadi kesalahpahaman tentang pengertian beragama
bagi beberapa kelompok. Seperti paham tentang Islam radikal yang harus membunuh
dan sebagainya. Padahal, menurut mahasiswa prodi Hukum Bisnis Syari’ah (HBS)
tersebut agama adalah penyelamat bagi setiap pemeluknya.
”Agama adalah penyelamat, penolong, bukan membunuh, pemarah, dan penindasan. Nah, itulah yang harus dipahami masyarakat khususnya para peserta,”
tutur Mahasiswa semester delapan tersebut.
Adanya kuliah tamu kali ini, diharapkan menjadi sarana keselarasan pemahaman
tentang esensi beragama agar dapat bertoleransi. Selain itu agar hilangnya dalih
beragama radikal yang menjadi sebab perpecahan bangsa.
”Mengharap kesadaran, toleransi agar terhindar dari stigma bangsa anti
teror yang mengatasnamakan agama,” Pungkas Mahasiswa asal Sumenep tersebut.
Pada sesi tanya jawab beberapa peserta bertanya persoalan yang kasuistik.
Misalnya, ada tentang pelarangan penggunaan cadar untuk beberapa universitas di
Indonesia. Menjawab persoalan tersebut, pemateri memaparkan bahwa masih sah
saja dan tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) seperti yang ramai
diperdebatkan.
”Sebenarnya, kalau larangan penggunaan cadar tidak terlalu menjadi masalah.
Larangan itu juga tidak melanggar HAM. Yang menjadi masalah ketika sudah
dilarang menggunakan hijab. Toh,
cadar merupakan adopsi dari budaya Arab, bukan Nusantara. Jadi, masih sah saja jika
melihat pantas atau tidaknya pemakaian cadar di lingkup Universitas,”
terangnya.
Meskipun kuliah tamu sekaligus wadah diskusi berakhir mundur setengah jam
dari jadwal, namun peserta tetap menyambut
dengan antusias. Seperti Mohammad Firdaus yang mengaku senang mengikuti acara
tersebut. Dia menuturkan baru kali pertama berkesempatan langsung berdiskusi dengan
narasumber.
”Saya merasa senang sekali dengan acara ini. Selama ini kita hanya mendapat
wawasan tentang Islam Nusantara dari media dan internet, sedangkan sekarang
bisa bertemu langsung dengan narasumbernya,” tutur Sekertariat Jendral BEM
Sekolah Tinggi Agama Islam Syaichona (STAIS) Bangkalan.
Harapan mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab semester enam ini agar acara tidak
berhenti sampai sini tapi, terus dikembangkan untuk menjawab segala persoalan
yang sedang terjadi.
”Untuk ke depan terus dikembangkan acara seperti ini untuk menjawab dan
mendiskusikan tentang isu agama yang sedang terjadi di luar,” tutur mahasiswa
asal Burneh tersebut dengan bersemangat.
Tidak jauh berbeda dengan Mohammad Firdaus, mahasiswi Teknologi Industri
Pertanian (TIP) UTM Solehatul Munawaroh. Dia mengaku senang karena jarang ada
acara atau seminar yang membahas tentang agama. Dia juga berharap agar progam
kerja BEM selanjutnya tetap konsisten mengadakan acara yang bernuansa
spiritualitas.
”Saya senang dengan adanya kuliah tamu kali ini, karena sebelumnya belum
pernah ada kuliah tamu yang membahas khusus tentang Islam, saya berharap semoga
progam kerja dari BEM terus melanjutkan acara seperti ini, apalagi menyangkut persoalan
spiritualitas” tambah mahasiswa asal Sampang ini.
Pada akhir acara, pihak BEM menyerahkan cindera mata kepada pemateri.
Cindera mata berupa vandel bergambarkan gedung rektorat UTM ini diserahkan
langsung oleh Presiden Mahasiswa (Presma) Achmad Zahid yang didampingi oleh
Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) Badrus Soleh Helmi. (Tim/Wuk/Aww)