Polemik Pemakaian Songkok pada Pelaksanaan PKKMB

Polemik Pemakaian Songkok pada Pelaksanaan PKKMB

LPM Spirit - Mahasiswa
Kamis, 17 Agustus 2017
Dresscode yang dipakai maba pada hari kedua PKKMB. Foto : Dico
Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM), merupakan salah satu bentuk ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru. Hal ini dibenarkan oleh Fathor AS selaku ketua pelaksana, dia mengungkapkan selain sebagai ucapan selamat datang pada maba, kegiatan ini diharapkan bisa membawa identitas Madura secara utuh. “Dengan nama sakera, kami mengenalkan bahwa sakera tidak seutuhnya identik dengan kekerasan, kami ingin mengenalkan kepada masyarakat tentang Madura dan budayanya. Namun yang utama untuk dimaknai disini adalah salam kenalnya itu, kepanjangan dari sakera,” jelasnya ketika ditemui di Gedung Pertemuan, Jum’at (18/08). Kepanjangan Sakera sendiri yakni Salam Kenal Rekan Baru Civitas Akademika.

Fathor AS, yang juga salah satu dosen Fakultas Ekonomi memberi penjelasan terkait Dresscode yang telah di tentukan oleh panitia. Seperti baju hitam putih beserta songkok, baju batik lengkap dengan udeng. Alasan pemakaian udeng sebagai dresscode adalah untuk memperkenalkan udeng Madura sebagai budaya yang perlu dilestarikan. 

Sedangkan, penggunaan songkok saat orientasi bahkan upacara pembukaan lebih dikarenakan anggapan bahwa Madura memiliki masyarakat yang islami. “Karena kita di Madura yang sangat islami ini, maka kita coba reduksi, gimana kalo waktu upacara itu tidak hanya paskibrakanya yang pakai songkok, tidak hanya rektornya yang pakai songkok, mahasiswa baru yang diikutkan dalam upacara pembukaan juga pakai songkok. Itu dapat apresiasi dari beberapa pihak. Mungkin jadi satu-satunya perguruan tinggi negeri yang mabanya pakai songkok,” terangnya.

Taufik Hidayat selaku wakil pelaksana PKKMB juga membenarkan penggunaan songkok. Dirinya juga mengaku bahwa kewajiban penggunaan songkok ini telah mendapatkan ijin dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unit Kerohanian Keagamaan Kristen (UK3). “Hari Jumat saya tanyakan pada Ketua UK3, supaya menjelaskan kepada anggotanya mengenai hal ini,”. Wakil presiden mahasiswa ini menambahkan bahwa pemakaiaaan songkok sedikit terinspirasi dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Berbeda dengan Fathor dan Taufik, salah satu mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA mengatakan bahwa penggunaan songkok pada saat upacara pembukaan dan PKKMB terkesan kurang menghargai agama lain. “Menurut saya pribadi sih itu kurang menghargai lah, kayak kurang ada toleransi antar umat beragama. Kenapa nggak disamain aja gitu pakai apa, biar nggak terkesan rasis. Lagipula UTM kan universitas negeri, masa iya jadi kayak IAIN,” ujar Yuseva Tri Akwatin sedikit terkekeh. (nun/dam)