Seminar Bedah Penelitian ”Dukun-Dukun Madura”

Seminar Bedah Penelitian ”Dukun-Dukun Madura”

LPM Spirit - Mahasiswa
Jumat, 19 Mei 2017
Dua pemateri "Dukun-dukun Madura" Bangun Sentosa (kanan) dan Ready Setiawan (kiri), sedang menjawab pertanyaan peserta. Foto : Alfa

WKUTM — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Ilmu Seni dan Ilmu budaya (FISIB) Riset mengadakan seminar bedah penelitian dengan tema ’’Dukun-dukun Madura’’ pada pagi tadi (19/05). Acara ini diikuti 170 peserta di Gedung Auditorium Universitas Tronojoyo Madura (UTM) dalam rangka Dies Natalis UKM FISIB Riset ke delapan. 

Seminar bedah penelitian ini menghadirkan dua pemateri. Pemateri pertama adalah Bangun Sentosa selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) Sosiologi serta pemateri kedua adalah Achdiar Ready Setiawan yang merupakan Kaprodi Akutansi. 

Menurut Ade Julindha Wiranata selaku ketua pelaksana, latar belakang tema ini adalah untuk menekankan sektor pariwisata Madura. Selain itu juga untuk meluruskan kembali paradigma warga Madura khususnya pada mahasiswa UTM, tentang dukun Madura. Ade berpendapat bahwa dukun-dukun Madura yang erat kaitannya dalam kehidupan masyarakat hampir tidak diketahui oleh publik. Ditambah lagi anggapan bahwa dukun merupakan sosok yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, mengetahui mayoritas penduduk Madura adalah muslim. 

”Selain menyinggung salah satu cabang enam sektor (pariwisata), posisi dukun-dukun Madura yang tidak dipermasalahkan dalam masyarakat adalah sisi lain yang menarik pada keadaan masyarakat Madura yang mayoritas muslim. Tadi juga Pak Bangun berkata bahwa beliau tidak membayangkan ada wisata magis tentang dukun-dukun Madura,” ujar mahasiswa Prodi Sosiologi tersebut. 

Acara ini menambah pengetahuan peserta mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dukun. Terutama merubah anggapan bahwa dukun tidak selalu berbau negatif. ”Acara ini menarik, untuk tahu dukun-dukun menurut orang-orang yang meneliti. Selain itu juga untuk menyikapi dan memandang sisi positif (dan) negatif dukun itu seperti apa,” ujar Ani Rohmah mahasiswa Sosiologi semester dua itu. 

Ade juga menambahkan, setelah adanya acara ini, dia berharap dapat menghentikan stereotip Madura yang identik dengan carok saja. ”Jadi, saya berharap organisasi lain juga lebih tertarik diskusi seperti ini, bahwa ada hal lain yang lebih menarik di Madura” pungkasnya. (wuk/dam)