BEM dan EEC Adakan International Workshop

BEM dan EEC Adakan International Workshop

LPM Spirit - Mahasiswa
Sabtu, 20 Mei 2017

WKUTM - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) adakan acara kolaborasi dengan English Club Colaboration Universitas Trunojoyo Madura (ECC UTM) pada pagi tadi (20/5). Acara yang bertempat di Gedung Pertemuan ini menghadirkan 5 pemateri Internasional, yakni Sanju Kumar Singh dari Nepal, Baharrudinn Rizal dari Indonesia, Albert Liong dari Singapura, Step Paul Bulton dari Inggris dan Edward Angstrong dari Amerika. Acara yang dihadiri lebih dari 700 peserta ini bertema A Great International Mindset with Languange, Education, and Economic.

Acara ini juga dihadiri oleh Boedi Mustiko, selaku Wakil Rektor III (Warek III), yang memberi sambutan pada pembukaan acara. Beliau merasa bangga mahasiswa UTM mampu menghadirkan pemateri berstandar internasional dari lima negara yang berbeda. “Alhamdulillah, mahasiswa UTM mampu menggelar acara berskala internasional,” ujar Warek III saat berpidato di depan peserta workshop. Selanjutnya acara resmi dibuka dengan pemukulan gong oleh Boedi Mustiko yang diiringi tepuk tangan peserta.

Workshop ini menawarkan kepada audiens, pendidikan dengan basis komunikasi menggunakan bahasa Inggris. Hal ini melihat banyaknya beasiswa ke luar negeri dengan syarat utama lancar berbahasa Inggris. Taufiqurrahman, selaku Ketua Pelaksana (Ketupel) Workshop, menjelaskan bahwa kehadiran 5 pemateri berskala internasional berawal dari penawaran pihak Atlas Corporation kepada dirinya. “Awalnya saya menerima post dari pihak Atlas Corporation. Atlas Corporation adalah perusahaan manufaktur yang berpusat di Singapura. Pihak Atlas menawarkan workshop dan sekaligus menjadi sponsorship dari acara dengan mendatangkan kelima speaker dari luar negeri,” papar Ketupel dari jurusan Akuntansi tersebut.

Acara ini memiliki tujuan untuk membangun mindset mahasiswa UTM sehingga berskala internasional dengan sadar akan pentinganya mempelajari bahasa Inggris, namun bukan berarti menghilangkan nasionalisme dan mengkerdilkan bahasa serta budaya sendiri. Selain itu dengan lancar berbahasa Inggris mahasiswa akan mudah untuk mendapatkan beasiswa luar negeri, dan juga tidak sukar untuk memahami budaya, perekonimian, dan pendidikan di negara-negara lain.

Harapan dari pihak Ketupel adalah setelah workshop ini digelar para peserta mampu berbahasa Inggris dengan baik. “Karena pemateri berasal dari berbagai negara dan mengisi materi dengan bahasa inggris, maka peserta harus lancar bahasa inggris. Dan setelah acara ini digelar, gak berhenti sampai disini,” jelas Taufiqurrahman.

Disisi lain ketika di wawancarai, Ana, salah satu peserta workshop merasa senang mengikuti acara ini. Pasalnya acara ini dirasa bermanfaat baginya. “Saya sebagai pemalas dapat termotivasi dengan mengikuti acara ini. Saya jadi tau bagaimana memenejemen waktu sebaik mungkin,” terang mahasiswa semester 4 program studi ilmu hukum tersebut. (din/rin)