Menuntut Perbaikan Keamanan di UTM

Menuntut Perbaikan Keamanan di UTM

LPM Spirit - Mahasiswa
Senin, 05 Oktober 2015
Massa Aliansi Mahasiswa UTM Peduli Kampus berorasi menuju gedung Graha Utama 
Sekumpulan massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Peduli Kampus, Senin (5/10), ramai-ramai mendatangi Gedung Graha Utama UTM. Massa mempertanyakan kepada Pimpinan Universitas mengenai kinerja pihak keamanan kampus sampai bisa terjadi kasus pembobolan di ruang BAAKPSI (Biro Administrasi Akademik & Pengembangan Sistem Informasi) dan beberapa Ruang Administrasi Fakultas Jumat (2/10) lalu. (Baca: Maling Di Utm Mengobrak-Abrik Seluruh Fakultas Dan BAAKPSI)

Adapun tuntutan dicantumkan massa dalam selebaran aksi, ada dua hal pokok. Pertama, meminta Pimpinan Kampus beserta PT.Marina bersama-sama untuk bertanggungjawab mengganti seluruh kerugian atas kehilangan uang tunai (40 juta) dan seluruh kerusakan terhadap inventaris kampus. Kedua, mendesak pimpinan agar segera mengevaluasi ulang hubungan kontrak dengan PT. Marina selaku pemenang tender jasa outsourcing pengamanan di UTM.

Abdul Aziz Jakfar selaku Pembantu Rektor II (PR II) menjelaskan kepada massa jika pihak pimpinan sebelum ada tuntutan dari mahasiswa sudah mengambil keputusan terkait masalah pembobolan kemarin. Salah satunya melakukan audit bersama dan investigasi ataskerugian sejak Jumat (2/10) sampai sekarang. Sedangkan perkembangan penanganan sampai saat ini sepenuhnya masih ditangani oleh pihak kepolisian. Tetapi sudah muncul dugaan awal jumlah pelaku pembobolan yang didapat dari rekaman CCTV (Closed Circuit Television Sistem). Berdasarkan hasil rekaman terlihat ada 3 pelaku pembobolan. ”Perkembangan kasusnya sampai sekarang masih dalam proses penanganan Kepolisian Resort (Polres) Bangkalan. Tetapi berdasarkan rekaman CCTV ada 3 pelaku. 2 orang nyongkel satu orang ngawal,” ujar PR II.

Rektor UTM mengatakan akan siap untuk membuka diri dan mengajak kepada semua pihak untuk mengevaluasi kinerja petugaskeamanan jika salah. Apabila ternyata didapat temuan bahwa penjaga keamanan UTM sudah tidak layak, pihaknya secara tegas akan melakukan pemecatan. ”Mari kita kawal sama-sama, kalau memang butuh evaluasi kita evaluasi, kalau sudah tidak bener ya kita pecat selesai,” tutur Muh. Syarif selaku Rektor UTM.

Mas Riyanto Riadi selaku Gubernur Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengaku puas terhadap penawaran solusi yang dipaparkan oleh PR II. Solusi dimaksud meliputi pengubahan sistem pembayaran Dosen dan Karyawan UTM yang tidak lagi tunai melainkan melalui transfer langsung, member batasan maksimal penyimpanan uang cash sebesar 5 juta, dan mengajak perbankan pada rapat besok untuk membuka kantor kas didalam area kampus.

Salah satu koordinator massa mengaku lega, bahwa pihak pimpinan bisa menerima aspirasi. Namun dia belum sepenuhnya puas terhadap solusi ditawarkan oleh pihak pimpinan. menurut dia sebaik apapun janji selama belum ada bukti solusi ditawarkan pimpinan masih sebatas argumenttasi opini. ”Ini harus ada tindak lanjutnya. Untuk kepuasan masih sedang saja, karena belum ada bukti,” Ujar Makruf.

Tanggapan Pihak Keamanan

Komandan Regu Satuan Pengamanan (DanruSatpam) UTM ketika diminta penjelasan oleh massa terkait kinerjanya dalam mengamankan kampus mengaku memiliki banyak keterbatasan. Misalkan untuk pengamanan Gedung Graha Utama di malam hari akan lebih lemah dibanding siang hari. Kalau siang dijaga 10 Satpam, namum dimalam hari hanya 3-4 orang saja. Hal ini dikarenakan tenaga Satpam harus disebar di sektor lain. ”Jadi boleh dikata karena keterbatasan. Ruangan segini besarnya tidak mungkin hanya dijaga 4 orang. Jangankan satpam, tentara atau polisipun tidak akan mampu,” Ucapnya.

Sementara ditemui secara terpisah,AgusNanang selaku Chief Satpam menyayangkan sikap pegawai bersangkutan yang dianggap lalai dan kurang preventif. Berdasarkan prosedur,apabila didalam kantor terdapat uang tunai cash, dititipkan langsung kepada pihak keamanan atau setidaknya diberitahu meski secara lisan. Tujuanya supaya Satpam lebih bisa memantau secara intensif.

Nanang juga mengeluhkan terhadap sistem pengoperasionalan CCTV di UTM sebagai penunjang keamanan yang belum maksimal. Selama ini, CCTV pengoperasionalnya terbagi menjadi dua operator. CCTV milik PT. Marina dioperasionalkan 24 jam oleh Satpam, sedangkanCCTV milik kampus dioperasionalkan sendiri oleh pihak kampus dan hanya aktif selama jam kerjasaja. ”CCTV yang banyak ini tidak nyala dan hanya buat mejeng saja. Punya UTM hidupnya hanya selama jam kerjasaja,” keluhnya. (ISK/NPI)