Tak Ada Calon Rektor Bergelar Profesor #UTM2014

Tak Ada Calon Rektor Bergelar Profesor #UTM2014

LPM Spirit - Mahasiswa
Sabtu, 01 November 2014
Andrei: Kita Telah Lakukan Sosialisasi

WKUTM - Dari serangkaian proses pemilihan rektor UTM yang telah dilaksanakan sejak awal September lalu memunculkan tiga calon yang berasal dari internal UTM diantaranya: Suryo Tri Saksono, Muh Syarif dan Deni Setya Bagus. Kendati demikian tiga calon tersebut hanya bergelar Doktor. Padahal proses pemilihan rektor dimungkinkan mendapatkan calon dari luar yang telah bergelar professor.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 tahun 2010 yang mengatur tentang pengangkatan rektor Perguruan Tinggi, calon rektor yang mendaftar diperbolehkan berasal dari luar kampus. Namun, pada pemilihan rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tahun 2014, peraturan tersebut dinilai tidak dijalankan.

Ketika dikonfirmasi, Andrei Kisroh Sungiyono, Phd selaku ketua panitia pemilihan rektor, dia mengatakan pada prinsipnya memang tidak mengatakan dosen dalam atau luar. Menurut dia, dalam peraturan Senat sudah tertulis: syarat calon rektor adalah dosen atau PNS aktif.

”Kami tidak membatasi calon rektor yang berasal dari luar UTM. Namun ternyata, di tahun ini tidak ada yang berpartisipasi dari luar,” kilahnya. Terkait ada tidaknya wacana pengambilan calon rektor dari luar yang bergelar profesor, Andrei mengatakan bukan kapasitasnya untuk melakukan kebijakan tesebut. ”Kami hanya panitia pelaksana. Kebijakan tersebut adalah ranah dari Senat Universitas,” tegasnya saat diwawancarai WKUTM, Jumat (3/10/2014).

Menurut dia, tugas yang telah dia lakukan sudah sesuai, yakni mengirim formulir pendaftraan kepada 23 dosen yang egilible, yaitu yang bergelar S3 dan lektor kepala atau profesor. ”Mereka yang punya hak untuk mendaftar atau tidak.” tulisnya ketika diwawancara via sms.

Dari 23 dosen yang dihubungi, lanjut dia, hanya ada 3 orang yang mengembalikan berkas, itu sudah kembali pada pribadi masing-masing dosen. Mereka mempunyai alasan tersendiri. ”Saya tidak tahu mengapa mereka tidak daftar,” imbuhnya.

Minimnya partisipan yang mendaftar sebagai calon rektor ditengarai akibat kurangnya sosialisasi panitia pada saat membuka pendaftaran calon rektor. Menanggapi hal itu, Andrei mengaku telah melakukan sosialisasi yang gencar di berbagai media sejak tanggal 21 Agustus, misalnya melalui web UTM, media sosial, dan sms centre. ”Sampai dengan penutupan perpanjangan masa pendaftaran tidak ada pihak luar yang kontak saya,” kilahnya. (RIS/NOV)