Organisasi Kampus Bukan Parta Politik

Organisasi Kampus Bukan Parta Politik

LPM Spirit - Mahasiswa
Selasa, 17 September 2013
Oleh : Dafir Fallah

Terbias oleh waktu yang penuh tanya, setelah ormaba angkatan 2013 berjalan selama dua hari lebih, terasa masih tetap sama tak ada yang berubah seperti biasanya. Pakaian hitam putih menciri-khaskan badut-badut disiplin laksana sarjana yang baru diwisuda memabawa ijazah berlomba-lomba untuk mencari lapangan kerja. Kasian juga kan? Kesana kemari membuat penglihatan mata indah saya merasa iba, semoga saja betah di kampus yang mewah (mepet sawah) ini.

Saya jadi ingat dulu, ketika saya kedatangan saudara baru sebelumnya, saudara baru yang sama saja memperlakukan dirinya sebagai manusia yang tidak merdeka. Nah, pada tahun ini yang membedakan hanya pada jumlah mahasiswa baru yang lebih banyak  daripada tahun kemarin. Ya, beruntunglah akhirnya senior-senior kalian semakin merasa bangga, dan yang lebih bangga lagi bisa menyeleksi banyak wajah-wajah cantik yang akan dijadikan pelabuhan alat kelamin.

Terus terang ini bukan hanya sekedar koleksi kalimat, tapi ini memang cerita yang disepakati dalam bentuk kejahatan kolektif. Mudah-mudahan saja anggapan gila saya ini tidak benar. Terlepas dari itu semua, sebenarnya ada yang lebih penting lagi untuk saya tuangkan dalam kertas lusuh ini daripada saya memikirkan hal-hal kosong dan palsu. Jika suatu saat rakyat sudah tidak lagi percaya pada pemerintah, penguasa semakin berdusta dalam kebijakannya. Maka tidak salah jika konstruksi alam bawah sadar saya mengatakan, untuk apa negeri ini berdiri? Lebih baik dibubarkan secara massal, dan mengatakan; kita sudah merdeka dari demokrasi babu sejarah, itu lebih bijak untuk didengungkan.

Saya bukan tidak mau tau dan tidak ingin berupaya membenahi  persoalan negeri ini. Namun saya sudah merasa jenuh harus mendengarkan berita-berita taik kucing yang ujung-ujungnya kalau tidak money politik, ya, korupsi. Itu-itu saja tanpa ada senyum indah kejujuran yang perlu di prioritaskan, apalagi sekarang ini politik pragmatis mulai menghegemoni ditataran mahasiswa. 
Sebab hal itu bukan sesuatu yang usang lagi, selain dari kesibukan kuliah yang dilakukan mahasiswa sebagian besar mengambil kegiatan untuk berorganisasi. Tapi ingat, organisasi bukan partai politik yang harus dijadikan garda ideologi sebagai ujung tombak dari politik pragmatis. Jika demikian, maka apa yang terjadi, perang ideologi atas nama kepentingan. Kemudian siapa yang massanya banyak, maka dialah berkuasa. Terkadang yang lebih ngeri lagi pada saat orientasi mahasiswa baru, biasanya banyak oknum-oknum yang memiliki maksud dan tujuan atas dasar kepentingan kelompoknya sendiri, kemudian mahasiswa baru dijadikan korban untuk memaksimalkan hak suara yang banyak supaya bisa memenangkan pemilihan-pemilihan  jabatan di kampus, setelah itu selesai urusan. Anjing bukan!
Jadi, kampus bukan tempat berpolitik, segera beranjak dari sadar yang jelas. Disiplin ilmu yang bersandar pada fakta konkrit di lapangan, politik sudah membuat saya mangkel dan menjengkelkan. Oleh karena itu, belajar serius dalam melakoni setiap kegiatan organisasi yang diambil, supaya kinerja otak kiri dan kanan kalian seimbang dan selaras. Disamping kesibukan kuliah yang cenderung lebih banyak duduk dan mempelajari teori yang diberikan seorang dosen. Saat itu pula kuliah sering membuat mandul otak kanan kalian sendiri. Padahal organisasi adalah satu-satunya wadah yang menampung bakat minat kalian, soft kill yang dimiliki selama duduk di bangku perkuiahan jika tidak diimbangi dengan berkelompok atau berdiskusi dll, tentu sama saja dengan mahasiswa apatis.