Oleh : Ghinan Salman
Setelah jalan-jalan
di Surabaya seharian penuh, sejak tadi pagi hingga larut malam —untuk membeli berbagai macam perlengkapan
buat persiapan acara pernikahan abangku dll— saya kembali ke Madura,
melanjutkan perjalanan pulang ke rumah saya di Sepuluh, Bangkalan. Kebetulan
saya memang berencana nyeberang tidak
melewati jalur akses jembatan Suramadu, tapi dengan menggunakan kapal ferry,
menyeberangi lautan. Saya tidak sabar dan ingin sekali melihat keadaan Kamal-Telang
yang dipenuhi sesak oleh 3000 mahasiswa baru Universitas Trunojoyo Madura
(UTM). Kemudian membayangkan wajah para satpam kampus yang keblinger dan macak keren dihadapan ribuan
mahasiswa-mahasiswi baru. Emang situ ok?
Saya sudah
memperkirakan bagaimana keadaan di lingkungan kampus pada masa orientasi
mahasiswa baru: Para badut-badut dengan wajah masam itu pasti sedang melakukan
banyak hal untuk mempersiapkan pentas kelilingnya pada tanggal 17-19 Agustus.
Ya, benar sekali. Mereka telah menjadi badut-badut kerdil yang ditugaskan
sebagai penghibur untuk menghibur hati para banditnya: panitia ospek,
dosen-dosen yang super juoooosss, dan
rektor yang terhormat. Hanya itu hiburan bagi panitia, mahasiswa senior,
dosen-dosen dan rektor untuk melepas penat sebelum memulai masa perkuliahan
yang membuat pikiran terasa nyeri.
Sementara para
panitia yang memakai almamater menantikan bentuk cinta kemanusiaan dengan
beramai-ramai memberikan bimbingan workshop
gratis pada boneka-boneka barunya. Mereka adalah kakak-kakak yang baik, selalu
siap sedia setiap saat kapanpun dibutuhkan oleh adik-adiknya. Meskipun saya
tahu kalau adik-adiknya —yang
saya sebut sebagai boneka atau badut— tidak satupun yang mencintai kakak seniornya. Ah, kasihan sekali. Sok
menjadi pahlawan di malam hari! Padahal, sekarang ini pahlawan tidak disukai
orang..., pikir saya. Tapi karena kelakuan mereka yang kelewat njancuki dan barbar, saya cukup
memakluminya. Semoga otak kalian (kakak senior) cepat waras!
Sampai di pelabuhan
Kamal, suasana kendaran di jalan raya kian riuh dengan orang-orang yang berlalu
lalang. Saya kemudian memperhatikan satu demi satu orang-orang yang bergerombol
di warung-warung seberang jalan dan sekitar kos-kosan Telang. Banyak dari
wajah-wajah mereka masih terlihat lugu dan polos. Saya sangat yakin kalau
mereka adalah mahasiswa baru UTM. Ah, sungguh malang nasib mereka, yang datang
kemari —kampus
dempet sawah— hanya demi mewujudkan
cita-cita luhur orang tuanya agar kelak menjadi orang sukses dan mendapatkan
pekerjaan yang layak, terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan menjadi
kebanggaan calon mertuanya kelak.
Tapi saya belum
berpikir sejauh itu, jadi sebaiknya buang jauh-jauh pikiran macam itu, —Tapi saya tidak
menganjurkan kalian durhaka pada orang tua kalian sendiri— karena di sini, kalian
tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali menjadi penjilat kelas kakap yang akan
menjilati pantat dosen-dosen tengik kalian. Dan kalian, mahasiswa baru yang
lugu dan polos, mau menjadi apa lagi kalian kalau bukan kerbau? Yang siap untuk
dicambuki dan dikebiri setiap harinya sampai dosen-dosen kalian merasa puas.
Kalian yang begitu polos, akan dibuat menjadi seberingas mungkin untuk
mendukung semua tindak-tanduk dosen-dosen keblinger dan mahasiswa di atas
kalian, yang telah membuat kalian menjadi begitu ‘liar’. Tapi saya ini tidak
kaget kalau suatu ketika kepala kalian akan lebih sering mendongak ke atas dan
sepasang mata kalian kian menusuk, tajam. Wes
lawas... Su!
Tapi percayalah,
saya ini orang yang baik dan peduli terhadap sesama. Jadi tidak mungkin saya
mengajari kalian menjadi orang sesat, apalagi wajah kalian masih sangat polos
dan suram. Menyedihkan sekali, bukan? Saya tahu harapan kalian untuk
memperjuangkan cita-cita orang tua adalah tugas yang sangat mulia. Saya hanya
bisa mendoakan kalian, semoga kelak kalian tidak menjadi manusia bebal dan
tidak menyesal karena harus kuliah di kampus yang serba mewah, alias mepet
sawah. Kalian cukup kuliah tepat waktu dan mendengarkan dongengan dosen di
depan kelas yang membuat mata kalian merasakan kantuk mendalam dan tanpa sadar
kalian telah meniduri bangku-bangku kesepian.
Ketika datang masa pangenalan kampus (ospek)
pada mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi manapun, termasuk UTM. Seseorang
(mahasiswa baru) akan dijadikan sebagai yang dikehendaki, bukan sebagai murid
yang berkehendak. Budaya dendam tetap menyelimuti masa orientasi mahasiswa
baru, meski faktor tersebut adalah sebagian kecil yang melatar-belakangi.
Ah, saya jadi ingat gurauan salah satu dosen
Universitas Spirit Mahasiswa (SM) dulu. Beliau tidak seperti dosen lain yang
suka dijilati pantatnya. Beliau hampir sama dengan dosen kontrak, tapi tidak
mendapatkan gaji dari tempat ia mengajar. Hanya sebagian mahasiswa yang tetap
bersimpati kepada beliau atas jasa-jasanya yang telah mengajarkan apa saja
kepada para mahasiswanya dulu. Kini beliau telah pensiun dari pekerjaannya dan
memilih hidup di belakang layar. Saya bahkan tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya
sekarang.
Kalau saya tidak salah, beliau pernah
berucap begini: hidup adalah pertarungan
melawan apa saja; kebodohan, perbudakan, dan segala taik kucing yang membuat
kita tak kunjung merdeka. Dan memang tidak ada cara lain selain melawan dengan
cara yang paling keras. Sebab, hidup mengajari kita bertahan dengan cara
membunuh antara satu dengan yang lainnya. Setelah berbicara panjang lebar,
dosen Universitas SM yang menyukai sastra itu kemudian berkata begini: mengapa pada masa sekarang ini, masih saja ada orang tidak sadar akan bahaya
yang menimpa dirinya sendiri: Bahaya pembodohan. Ya, termasuk anda-anda ini
yang tidak waras otaknya dan nekat memilih untuk kuliah!
Saya terdiam, mencoba mencermati setiap kata
yang keluar dari mulut dosen gondrong itu. Beliau menghampiri saya dan
bertanya: Apa yang sedang kau pikirkan,
anak muda? Tidak ada, saya bilang. Dosen itu lantas tertawa sambil menepuk
punggung saya beberapa kali, kemudian meninggalkan saya seorang diri menuju kantornya.
Malam sudah larut, mata saya tak mau diajak
kompromi untuk melanjutkan tulisan yang berbau sesat ini. Ya sudah, saya tidak
akan banyak ngoceh lagi biar kalian tidak bingung dan merasa tenang. Meski
sebenarnya saya tau tidur kalian tidak nyenyak malam ini. Tapi biarlah, itu ‘kan urusanmu sama keluargamu. Jangan
bawa-bawa saya melihat kesuraman hidup kalian!
Selamat datang Mahasiswa Baru 2013,
Selamat datang para badut-badut kerdil,
Selamat datang orang-orang kalah,
Selamat memamah harapan kosong di lingkungan barumu,
Semoga harimu baik dan tidak pernah menyesali keadaan
yang senantiasa memarginalkan dirimu. Dan,
semoga kalian cepat sembuh dari penyakit akut yang
menikam pikiran juga menyayat perasaan!
Selamat malam...